Eleven

3.8K 435 45
                                    

Steve baru saja hendak menaiki helikopter ketika pesan masuk di ponselnya membuat langkahnya terhenti.

"Bajingan." desisnya marah dan berbalik menuju kantor Evesky.

Ia tidak menemukan Milla di meja kerjanya.

"Dimana perempuan jalang ini?"

Red kaget melihat kedatangan Steve yang tidak biasa, Vante yang saat itu juga berada disana tidak lebih kaget dari Red.

"Ada apa ini Steve?" tanya Vante.

Belum sempat Steve menjawab, ia melihat sosok Milla yang baru datang dari arah toilet matanya terlihat basah seperti habis menangis.

"KAU!!!!"

Steve mencengkram rahang Milla dengan telapak tangannya yang lebar.

"Katakan apa kau yang menyuruh ayahmu untuk menculik Ray?"

"Apa?" seru Vante tidak percaya.

Milla menggeleng dan kembali menangis. Ia tidak bisa berkata-kata akibat cengkraman tangan Steve, belum lagi sakitnya. Steve sepertinya tidak peduli dia wanita atau bukan.

"Dimana dia huh?" desis Steve dan hanya gelengan Milla yang ia dapat.

"Steve lepaskan. Kau menyakitinya. Jika seperti ini terus kita tidak akan tahu Ray ada dimana." Vante mencoba menarik lepas tangan anaknya.

Steve melepas tangan dan menyentak wajah Milla hingga perempuan itu jatuh tersungkur. Dengan ujung sepatunya Steve mmengangkat dagu Milla. Sedang tangannya ia bersihkan dengan sapu tangan yang selalu ia bawa, Steve bersikap seolah baru saja menyentuh benda kotor yang menjijikkan.

"Katakan dimana ayahmu sekarang?"

Vante membiarkan Steve dan malah menghubungi Felix untuk mencari tahu apakah Ray benar-benar ada dirumah atau tidak. Ia tidak menyangka bahwa Dillbert akan bertindak secepat itu.

"Aku... Tidak... Tahu.." jawab Milla sambil menahan rasa sakit di rahangnya.

"Jangan bohong padaku." Steve mendorong kepala Milla hingga menapak lantai dan menginjaknya, meski tidak cukup kuat ia menginjak tapi Milla tetap menangis. Ia tidak menyangka akan diperlakukan seperti ini oleh orang yang ia cintai.

"Aku tidak suka ada yang membawa-bawa orang yang tidak bersalah dalam urusan kita. Dalam hal ini adalah Ray, dia tidak tahu apa-apa tapi dia malah menanggung semuanya. Kau dengar itu jalang?"

Milla mengangguk patuh. Ia belum pernah melihat sisi Steve yang seperti ini.

"Dimana ayahmu?"

Lagi-lagi Milla menggeleng, "sumpah... Aku tidak... Tahu.. Steve."

"Lalu apa maksudnya dia menculik Ray?"

Milla kembali menggeleng.

"Lepas Steve. Mungkin Milla benar-benar tidak tahu apa-apa." seru Vante.

Steve mengangkat kakinya dari kepala Milla, dan berjongkok di dekat tubuh wanita itu.

"Kau punya nomor ayahmu? Hubungi dia."

"Ponsel.. Ku di... Meja."

"Ambilkan dan berikan padanya Red. Aku tidak sudi menyentuh nya lagi."

Red melaksanakan perintah Steve dengan segera, dibawah pengawasan Steve, Milla mulai mencari nomor kontak ayahnya.

"Ambil ponsel nya Red dan hubungi bajingan itu."

Lagi-lagi Red hanya mematuhi kemauan Steve, ketika telepon tersambung Steve memerintahkan untuk melakukan mode loudspeaker.

Love Shoot! | Sungsun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang