Sixteen

4K 401 33
                                    

"Tidak perlu bersembunyi." kata Van pada seseorang yang berdiri di bawah gelapnya tangga darurat. "Kau sudah lihat kan seperti apa jadinya jika berurusan dengan Steve Smith?"

"Jadi itu benar, dia ketua Red Blood?"

Van mendengus geli, "Aku ketuanya, kau lupa?"

"Kau hanya alat, Steve lah yang memegang peranan penting."

"Aku tidak tahu kau dapat info dari siapa, tapi aku hanya akan mengatakan satu hal. Ku harap persahabatan mu dengan Kenneth itu tulus."

Setelah berbicara seperti itu, Van pun turun meninggalkan Axell yang raut wajahnya tidak terbaca. Sepertinya malam ini dan seterusnya, ia tidak perlu berhadapan lagi.

Steve membawa Ray menuju rooftop Vincenzo Casino, dimana helikopternya berada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Steve membawa Ray menuju rooftop Vincenzo Casino, dimana helikopternya berada. Rencananya tadi setelah Van berhasil mengatasi pembunuh bayran tersebut, Steve akan terbang ke Los Angeles untuk menemui Ray, tapi ternyata lelaki itu sudah ada disini.

Steve tidak perlu repot-repot lagi menemui calon tunangan nya plus calon suaminya itu, kini saatnya memberi pelajaran pada lelaki yang sudah berhasil memporak-porandakan isi hatinya akhir-akhir ini.

Steve menurunkan Ray ke bangku belakang.

Klik

Sebuah benda dingin melingkar di pergelangan tangan Ray, saat lelaki itu mendongak ia langsung melotot marah pada Steve.

"Kau memborgol tanganku?"

Steve tersenyum miring dan semakin terlihat tampan, "Antipasi agar kau tidak lari."

"Brengsek kau Smith." Ray menyentak tangannya seolah hal itu bisa membuka kaitan borgol tersebut.

"Berhentilah melakukan hal itu, kau hanya akan melukai tanganmu sendiri."

"Lepaskan aku. Aku bukan tahanan." seru Ray akan masih menggerakkan tautan borgol tersebut mengabaikan rasa sakit yang timbul akibat ulahnya.

"Sudah kubilang hentikan Ray."

Tangan Steve terulur memegang tangan Ray agak dirinya tidak meneruskan aksinya yang hanya melukai dirinya sendiri.

"Lepaskan brengsek."

"Nanti. Sekarang jadilah penumpang yang baik oke." Steve membantu membenahi posisi duduk Ray agar lebih nyaman.

"Tapi sebelum itu kita lanjutkan yang tadi."

Kedua tangan Steve merangkum pipi Ray dan melumat bibir lelaki itu. Dalam beberapa detik Ray sudah mengerang, membuat Steve hilang akal hingga tubuh Ray kembali merosot jatuh.

Mereka berciuman seolah tidak ada hari esok, apalagi posisi Steve kini sudah berada di atas tubuh Ray. Tidak hanya bibir, leher Ray pun menjadi sasaran empuk dari bibir Steve.

"Aku bersumpah setelah aku bisa lepas dari ini, kau akan langsung menerima bogemanku Smith." kata Ray dengan nafas terengah-engah.

Steve tertawa di ceruk leher lelaki itu.

Love Shoot! | Sungsun ✔Where stories live. Discover now