Thirteen

4.2K 443 20
                                    

Begitu urusan di Miami selesai, Steve menemui para bajingan biadab yang telah melukai Ray-nya. Bahkan setelah babak belur dengan wajah tak berbentuk, tidak ada satupun dari mereka yang mengaku pernah menyentuh Ray bahkan seujung kuku pun. Hal itu semakin membuat Steve murka. Mungkinkah Dillbert yang memberi kissmark di leher Ray? Hingga akhirnya ia mati ditembak?

Steve sama sekali tidak bisa tenang, masih berpeluh keringat dan darah ia akhirnya membasuh dirinya sebelum menemui Ray yang sudah sadar di rumah sakit. Bahkan Felix dan Grayson, kakek Ray sudah ada disana.

Steve bisa melihat wajah Ray yang pucat saat ia memasuki kamar rawat tempat Ray berada. Tapi lelaki itu masih keras kepala dan tetap ingin pulang malam ini juga.

"Yang terluka tanganku kek, bukan kakiku. Aku masih bisa jalan." suara Ray terdengar bersikeras. Lelaki itu sengaja mengabaikan kedatangan Steve.

"Kalau begitu bicaralah pada Steve. Kalau dia mengijinkan, kita akan pulang malam ini juga." kata Grayson menenangkan.

"Kenapa aku harus minta ijin sama dia?" pekik Ray tidak terima. "Aku seperti ini juga karena dia kan."

"Ray." tegur Grayson membuat bibir Ray mengerucut.

Felix menyaksikan semua itu dalam diam, ia merasa bahwa telah melewatkan sesuatu. Apa yang membuka adiknya bersikap seperti ini pada orang yang baru ia temui?

"Menginap lah disini semalam saja ya Ray, besok baru boleh pulang. Kamu butuh banyak istirahat lho." kata Rain dengan lembut. Papa dari Steve itu membelai rambut panjang Ray dengan penuh kasih sayang.

Rain memang langsung menyukai Ray sejak melihat foto lelaki itu, karena itu ia tidak keberatan sama sekali saat Steve memintanya menjaga Ray sepanjang siang dan sore.

"Aku mau tinggal disini semalam asal tidak melihat wajahnya saja."

Semua mata langsung tertuju pada Steve, meski Ray tidak menyebut namanya dan tidak menatap kearahnya, tapi mereka tahu siapa yang Ray maksud.

"Kalau begitu aku pergi dulu." jawab Steve pada akhirnya.

"Kamu mau papa yang menjagamu semalaman?" tawa Rain membuat Ray menggeleng.

"Tidak usah pa. Ada Felix disini."

Felix bangkit berdiri dan berpamitan untuk membeli kopi, Ray tahu bahwa kakaknya itu pasti akan mengejar Steve dan menggali informasi dari pria itu. Barulah nanti malam Felix akan berbicara dengannya.

Cihh...

Ray tidak suka ini. Rasanya ada yang kosong saat melihat Steve pergi dari kamar rawatnya, tapi ia belum siap untuk bertemu dengan pria itu.

 Rasanya ada yang kosong saat melihat Steve pergi dari kamar rawatnya, tapi ia belum siap untuk bertemu dengan pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau mau menemaniku beli kopi?" tanya Felix yang sudah berdiri di sebelah Steve dan menunggu pintu lift terbuka.

Steve tidak menjawab, tapi Felix tahu pria itu akan menemani nya. Mereka menuju cafetaria rumah sakit dan langsung menjadi pusat perhatian. Bahkan tidak hanya seorang yang mengambil foto mereka dan berdecak kagum melihat ketampanan mereka.

Love Shoot! | Sungsun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang