Twenty Two

2.9K 363 94
                                    

Tangan aku gatel ges pgn ngepublish, aku tau kalian pasti kesel sama chapter sebelum nya sama aku juga kesel kok:)

ʚ♡ɞ ʚ♡ɞ ʚ♡ɞ ʚ♡ɞ ʚ♡ɞ ʚ♡ɞ ʚ♡ɞ

Ray menarik rambut Harry agar bibir mereka terlepas.

"Jangan kau pikir kau sedang sakit kau jadi seenaknya ya Harry." desis lelaki itu.

"Ayo menikah Ray."

"Kau kebanyakan minum obat ya." Ray mendorong Harry hingga terjatuh dari ranjang.

Lelaki itu berbalik menuju pintu keluar.

"Kau mau kemana?" tanya Harry.

"Pulang. Urusan kita sudah selesai."

Harry buru-buru mengejar Ray dan menghadang langkahnya.

"Tinggalah sebentar. Please."

"Aku masih banyak urusan Harry. Lagi pula Steve bisa marah kalau tahu aku ada disini. Aku tidak peduli dia marah padaku atau tidak, tapi dia bisa menghajarmu habis-habisan."

"Aku tidak takut." Harry tersenyum, "Kau mengkhawatirkanku ya?" Ray memutar bola matanya, "Aku hanya tidak mau menjadi pihak yang merasa bersalah disini."

"Tinggalah sebentar. Kau belum melihat-lihat Kenneth kan?" Harry sudah memegang kedua tangan Vale.

"Kenneth?"

"Hmmm." Harry mengangguk, "Kapal ini namanya Kenneth. Kau harus lihat isinya." Kini Harry sudah menggandeng Ray menjelajah isi kapal yang lumayan besar tersebut.

Uncle George tersenyum menyaksikan hal tersebut dari kejauhan. Sudah ia duga bahwa kedatangan Ray adalah obat yang paling mujarab. Belum lagi ciuman mereka, sudah pasti Harry akan bisa hidup seratus tahun lagi gara-gara ciuman itu. Ah ia jadi teringat akan masa mudanya dulu.

Steve terus memutar-mutar pulpen pada sela-sela jarinya saat rapat sedang berlangsung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Steve terus memutar-mutar pulpen pada sela-sela jarinya saat rapat sedang berlangsung. Entah kenapa perasaannya mulai tidak tenang dan gelisah. Hal itu tidak luput dari pandangan Felix yang tengah memimpin rapat.

"Kita break dulu." perintah Felix.

Sedetik kemudian Steve langsung berdiri dan keluar dari ruangan.

"Dasar budak cinta." gerutu Felix saat punggung calon adik iparnya tidak terlihat.

Belum sempat Steve menekan nomor ponsel Ray, nama Bryan memanggil muncul di layar smartphonenya.

"Ya Bry?"

"Steve? Aku tidak tahu apakah ini sudah benar atau tidak. Ray bilang jika dalam dua jam dia tidak mengabariku aku harus menghubungimu."

Firasat Steve mulai tidak enak, "Ada apa?"

"Tadi ada seorang bapak-bapak tua datang ke rumah mencari Ray, dan meminta Ray untuk ikut dengannya."

"Siapa?"

Love Shoot! | Sungsun ✔Where stories live. Discover now