Twenty Eight

2.4K 317 59
                                    

Justin Eduardo memiliki dua anak dari pernikahan pertamanya, Jessie dan Harry. Dan tiga anak dari pernikahan keduanya. Tapi dari semua anaknya, hanya Harry lah yang cocok mewarisi nama Eduardo, termasuk Eduardo Sea dan kelompok Eduardo.

Bergabungnya Harry pada kelompok Lionis membuat beberapa anggota Eduardo memojokkannya agar membujuk sang putra kebanggaan untuk pulang. Bukannya Justin tidak sayang pada Harry, dia hanya pernah berada dalam posisi Harry. Ingin bebas tanpa aturan dan tekanan. Dan suatu saat Harry pasti akan kembali pulang dengan sendirinya.

Dugaan Justin sangat tepat. Anaknya yang tampan dan jarang akur dengannya itu akhirnya datang memasuki kapal pesiarnya yang ia sandarkan di salah satu pelabuhan Miami, florida.

Rupanya nama Kenneth Raymond memang punya kuasa tersendiri terhadap putranya. Sayang, Ray sudah ditandai oleh Smith. Kalau tidak, dengan senang hati Justin akan menggandeng lelaki cantik tersebut untuk bersanding dengan Fillmore-nya.

"Aku tidak suka dengan apa yang ayah lakukan." kata Harry begitu memasuki kamar tidur ayahnya pagi-pagi

"Sudah berapa kali ayah katakan padamu, submisif hanya membuatmu lemah nak. Tapi berkat submisif itu juga, kau akhirnya mau menemui ayah."

"Aku menemui mu bukan berarti aku sudah memaafkanmu karena membuat ibu bunuh diri. Aku hanya ingin ayah menarik semua hal yang berhubungan dengan Kenneth."

Justin menyesap wine kesukaannya, hal yang sudah menjadi kebiasaannya saat pagi.

"Apa yang bisa kau tawarkan anakku? Kau tahu sendiri ayahmu ini tidak mau rugi."

"Eduardo Sea dan kelompok Eduardo, aku akan mengambil alih keduanya seperti yang ayah inginkan."

Wine yang Justin minum bahkan sampai tumpah di atas bajunya. Justin sama sekali tidak menyangka bahwa Harry akan semudah itu menuruti kemauannya, ternyata nama Kenneth benar-benar memberikan efek yang begitu besar. Kenapa tidak dari dulu saja Kenneth muncul dalam kehidupan putranya.

"Sekarang lebih baik ayah pulang. Aku tidak ingin Red Blood kemari dan menyerang kapal ayah."

"Kau tidak pulang dengan ayah?"

"Bulan depan. Ada beberapa hal yang harus aku urus dengan Lionis. Aku harap setelah ini ayah tidak mengusik Kenneth dan Steve Smith lagi."

Justin beranjak turun dari tempat tidurnya dan mendekati Harry. "Kau mencintainya kan? Kenapa kau tidak membawanya untukmu. Kau bisa melakukan hal itu Harry."

"Aku tidak ingin Ray bernasib sama seperti ibuku. Dikurung dalam sangkar sampai ia mati bunuh diri karena keegoisan seorang pria yang mengaku mencintainya."

Justin tersentak dan terkekeh. Anaknya yang satu ini benar-benar sudah dewasa.

"Baiklah. Aku tidak akan mengusiknya lagi. Termasuk Steve Smith dan Red Blood. Ayah menunggumu bulan depan nak."

Justin beranjak memasuki kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Meninggalkan Harry yang menatap pantulan wajahnya pada cermin.

Jika ia tidak bisa mencintai Ray dari dekat. Biarlah ia mencintai dan melindungi Ray dari jauh. Menggabungkan kelompok Lionis dan Eduardo adalah satu-satunya cara untuk menjaga Ray.

Bukankah senyum Ray adalah kebahagiaan nya?

Bukankah senyum Ray adalah kebahagiaan nya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Love Shoot! | Sungsun ✔Where stories live. Discover now