Twenty Nine

2.6K 318 24
                                    

Vote & comment yaaa follow jugaaa 😗

『••✎••』

Ray mulai limbung dan hampir terjatuh jika tidak di topang oleh pria di depannya ini.

"Tuan... anda tidak apa-apa?"

Si pria yang tidak Ray ketahui namanya itu menuntun Ray menuju tempat duduk terdekat. Tapi Ray menolak duduk.

"Kenapa semua orang berlari kesana?" tanya Ray, wajahnya pucat dan suaranya bergetar.

Sekuat tenaga ia menahan diri agar tidak menangis histeris. la yakin Steve masih hidup.

"Beberapa orang sedang menuju lokasi pesawat tuan Steve yang jatuh, kami semua ingin melihatnya. Karena ini pertama kalinya ada pesawat yang meledak."

"Antar aku kesana."

"Tapi anda..."

"Antar aku kesana. Kalau tidak aku bisa pergi sendiri."

Ray tidak bisa pergi sendiri, karena satu langkah maju tubuhnya langsung jatuh, dan Red tiba tepat waktu untuk menangkap tubuh rapuh tersebut

"Apa yang kau lakukan disini Ray?" tanya Red.

"Steve..."

Dan Ray melihatnya, laki-laki yang baru saja dikabarkan mengalami kecelakaan pesawat tempur, berdiri di belakang Red dengan keadaan berantakan. Pipi tergores hingga berdarah, wajah yang penuh debu, baju yang kotor dan sobek di beberapa tempat. Tapi pria itu masih hidup, dan berjalan mendekatinya.

"Kau menangis?" seru Steve saat melepas Ray dari dekapan Red.

Ray menangis sesenggukan di dada pria itu. Ini pertama kalinya ia menangis histeris setelah bertahun-tahun. Bahkan saat kedua orang tuanya meninggal Ray tidak menangis seperti ini.

Mereka sempat menjadi bahan tontonan sebelum Red menyuruh mereka untuk bubar.

Steve akhirnya menggendong Ray dan membawanya masuk ke dalam mobil. Rencana awalnya memang ingin langsung pulang tadi, tapi melihat Ray ada disini niat tersebut menjadi tertunda.

"Sudahlah.... Aku baik-baik saja."

Steve menempatkan Ray ke atas pangkuannya dan mengusap air mata submisif itu. Red mengemudikan mobil mereka dalam diam.

"Maaf kan aku..." isak Ray.

"Aku janji setelah ini aku akan menuruti semua perkataanmu."

Dante mencium pelipis Ray dan mengucapkan kata cinta.

"Aku baik-baik saja Ray. Kau lupa ya kalau di pesawat tempur ada yang namanya kursi lontar? Aku selamat berkat itu dan langsung terjun payung. Aku tidak apa-apa oke."

Ray mengusap hidungnya pada dada Steve yang masih tertutup baju. Ia bisa merasakan detak jantung pria itu dan bersyukur karena Steve masih hidup.

"Kenapa mereka berlari keluar tadi?"

"Mereka ingin melihat bangkai pesawat dan mencari tahu penyebab pesawat tersebut bisa terbakar. Karena ini pertama kalinya setelah sekian lama."

"Tolong jangan menakutiku seperti tadi Steve."

"Tidak sayang, tidak."

Ray memeluk Steve sangat erat dan dibalas oleh laki-laki itu.

"Tolong jangan pernah mengatakan bahwa kau tidak mau menikah denganku lagi. Rasanya sakit setiap kali aku mendengar hal itu."

"Maaf kan aku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi." kata Ray.

Mereka kembali berpelukkan dalam diam bahkan sampai mobil yang mereka tumpangi telah tiba di Smond.

Love Shoot! | Sungsun ✔Where stories live. Discover now