42 - Rencana

4.6K 397 29
                                    

Happy Reading

Rabu, 13 November 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rabu, 13 November 2019

"Key--- dia mati?!"

Pasha sudah tak bergerak lagi setelah Rankey menghantam kepalanya menggunakan bangku kayu yang tadi Radit duduki.

Setelah Pasha melempar ponsel Andhika hingga rusak parah, mereka bertiga langsung menghampirinya dengan untaian kalimat caci maki dan umpatan.

Pasha tampak puas, sementara mereka semakin marah.

Mereka terlibat adu mulut, Pasha masih sanggup melawan kata-kata mereka dengan kondisinya yang sudah melemah. Hingga pada akhirnya Rankey benar-benar naik pitam, ia tak segan mengambil bangku yang sempat diduduki oleh Radit, dan langsung menghempasnya tepat pada kepala sebelah kiri Pasha.

Pasha terkapar seketika, ia tak sadarkan diri setelah itu.

"Enggak! Dia masih napas, bawa ke rumah sakit cepetan!"

Rankey tak menjawab pertanyaan Andhika, Radit lah yang memeriksa keadaan Pasha. Dirinya sadar bila Pasha masih hidup, ia langsung memerintahkan dua orang yang lebih tua darinya untuk segera membawa Pasha ke rumah sakit.

Reaksi Rankey berada di luar perkiraan, bila Pasha mati maka mereka akan kehilangan seseorang untuk dijadikan pelampiasan. Bukannya ikut panik dan langsung membawa Pasha ke rumah sakit, Rankey malah memberikan gesture tak peduli, ia mengambil jaketnya lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Gue mau jalan sama cewek gue, Lo berdua urusin dia deh. Oh iya, gak usah bawa ke rumah sakit, bawa ke dokter khusus keluarga gue aja".

"Key anjing! Lo yang lempar bangku ke kepala dia!"

Rankey yang sudah berada di luar ruangan itu akhirnya kembali melongok ke dalam, lelaki itu terkekeh keras.
"Ya udah kalau gak mau bawa dia ke tempat gue, tinggalin aja. Mati juga gak rugikan kita, kan? Gak usah panik!"

Tidak, Radit dan Andhika akan menyangkal bila saat ini mereka panik. Tetapi... ada satu rasa asing yang tak bisa mereka jelaskan mengapa rasa itu terjadi.

"Lo tahu alamat Kak Arin, kan?"
Andhika bertanya pada yang lebih muda, Radit mengangguk pertanda bila ia tahu alamat yang kakaknya maksud.

"Lo siapin mobil, gue yang angkat dia".

Andhika mengangguk, ia bergegas pergi meninggalkan ruangan itu untuk mempersiapkan transportasi yang akan mereka gunakan nanti.

***

"Kalau Lo lapor, atau ngadu, atau kasus ini sampai bocor ke orang lain apalagi orangtua gue, Lo siap-siap aja bakalan mati cepat. Oh iya, orangtua Lo yang lagi sakit itu bisa gue putus pengobatannya, belum lagi soal adik-adik Lo yang masih sekolah---"

"I-iya Key... saya gak akan lapor pada siapa-siapa...."

"Bagus deh kalau Lo sadar diri!"

Andhika dan Radit saling menoleh, kemudian sama-sama mengangkat bahu pertanda tak peduli. Dokter perempuan bernama Arin itu memang bekerja di bawah keluarga Rankey. Ia merupakan dokter tetap, dan dokter kepercayaan di sana. Ia tak bisa mengabdi di rumah sakit, seluruh biaya kuliah bahkan biaya hidup keluarganya sebelum ia mendapatkan gaji sebagai dokter di sana, memang ditanggung oleh Papanya Rankey. Mungkin ia bisa terbebas dari Rankey setelah empat tahun nanti, ya... saat kontrak kerja hitam di atas putihnya selesai.

LOVE RISK 1 || BxB🔞⚠️ [END]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang