Chapter (1)

3.5K 227 4
                                    

"KAMU APA-APAAN SIH! AKU BARU PULANG, AKU CAPEK! TAPI KAMU MALAH NGAJAK RIBUT!"

"SIAPA YANG NGAJAK RIBUT, HAH! AKU CUMA NANYA!" Kino menatap suaminya bengis, napasnya tak teratur karena luapan emosi.

Senyum sinis mengembang, ditatapnya lagi sang suami lebih bengis. "Oh, atau kamu emang beneran selingkuh? Jadi saat aku nanya kamu malah marah-marah gini?"

Kevan mengusap wajahnya kasar. Ia lelah, baru pulang dari kantor dan tadi ada masalah di perusahaannya. Bahkan jas formal juga dasi merah marun masih bertengger apik di kerah kemejanya, hanya bentuknya saja sudah tidak serapi tadi pagi.

Dan sekarang, istrinya malah mengajaknya berdebat. Memang awalnya Kino datang dengan cangkir teh serta senyum manis.

Namun, tidak lama obrolan ringan keduanya berubah menjadi teriakan emosi.

"Sayang. Aku gak selingkuh sama siapapun yang kamu bilang itu, oke? Aku cinta sama kamu, only you!" tegas Kevan seraya memegang kedua bahu Kino.

Kino menggeleng kecil, senyum sinis masih terpantri tetapi air mata mulai mengalir dari sudut matanya. Kedua tangan Kevan ditepis dari bahunya, Kino mendorong dada bidang Kevan menjauh darinya.

"Kamu selalu ngomong gitu. Aku tau, aku udah gak menarik lagi di mata kamu, kan? Jadi kamu nyari orang lain yang lebih menarik dan bisa muasin kamu."

"Astaga, Kino! Bisa kita skip perdebatan gak jelas ini? Aku capek!" Kevan melenggang pergi, meninggalkan Kino yang sudah didera rasa sedih dan kecewa.




****




BRAK ...!!!

Meja makan itu dipukul kuat oleh Kino. Minggu pagi ini mereka berencana untuk berlibur ke pantai, membawa anak semata wayangnya refreshing.

Tapi, belum selesai mereka menyelesaikan sarapan paginya, Kino tiba-tiba menggebrak meja lalu berdiri. Matanya merah berlinang, ponsel di tangan kirinya digenggam kuat sampai kuku-kukunya memutih.

"KINO!" bentak Kevan yang mana membuat anaknya terkejut luar biasa.

"Apa? Mau ngebentak aku? Mau nampar aku kayak tadi malam? Tampar aku! Pukul aku!" seolah tidak menghiraukan anaknya yang sudah meringkuk di bawah meja Kino sengaja memukul-mukul wajahnya dengan telapak tangannya sendiri.

"Kino, kamu kenapa?" mencoba tenang dan berusaha untuk tidak terpancing emosi, Kevan menahan tangan Kino yang terus memukul dirinya sendiri.

"Aku kenapa? Selama ini dugaan aku benar. Kamu selingkuh dari aku!"

"Apa maksud kamu? Udah aku bilang, aku gak selingkuh!"

"Oh ya? Terus ini apa, hah! Ini apa?" Kino menyodorkan layar ponselnya kehadapan Kevan.

Di sana, terdapat room chat dari nomor tidak dikenal. Hanya berisi foto Kevan yang sedang berciuman dengan seorang wanita disebuah rooftop.

Bola mata Kevan melebar, ia berusaha merebut ponsel istrinya namun, kalah cepat. Kino menarik lengannya dari wajah Kevan, "kenapa diam? Ini kamu kan? Aku tau dari baju kamu yang kamu pakai untuk keluar kemarin malam."

"Enggak, sayang. Itu salah paham, aku tiba-tiba aja dicium sama cewek itu. Aku——"

"Ah, udahlah! Semua yang kamu katakan cuma bullshit! Sebenarnya aku udah beberapa kali ngeliat kamu jalan sama cewek itu, tapi aku milih diam dan nunggu kamu jujur. Tapi—" Air mata yang mengalir dihapus kasar , hingga menimbulkan goresan panjang karena kukunya.

"Tapi, kamu gak ngomong apapun! Kamu semakin liar, bahkan bohong sama aku! Dan sekarang, dengan foto yang orang gak aku kenal ngirim ini. Semakin aku percaya kalo kamu selingkuh dari aku atau mungkin kamu udah ngelakuin hal lebih dari sekedar ciuman! Aku bakal ngurus surat perceraiannya, kamu tinggal tanda tangan aja nanti!"

Broken Home FailedWhere stories live. Discover now