Chapter 30

1.3K 104 13
                                    

Setelah dari rumah Yovaleno, Kai berlari pulang. Berharap Nenek Permen masih ada di sana.

Karena sungguh Kai sudah tidak sabar kembali ke masanya dan meluruskan kesalahpahaman orang tuanya. Seragam Kai sudah basah sebab peluh terus keluar dari pori-porinya.

Tanpa peduli badannya bau, Kai berkeliling rumahnya mencari sosok tua yang sebelumnya berada kursi taman. Namun, Kai tidak menemukan siapapun di sana, tidak ada Nenek Permen dan sangat sepi.

Bahkan Kai bisa mendengar suara angin saking sepinya. Beralih Kai masuk ke dalam rumah, mengitari lantai satu lalu ke lantai dua.

Tapi, tetap saja ia tidak menemukan keberadaan Nenek Permen. Kai hampir menangis dibuatnya, kakinya sakit dan tubuhnya lelah.

Rasa-rasanya Kai ingin tidur saja, namun jika ditunda-tunda terus di masa depan pasti orang tuanya sudah benar-benar berpisah. Kai memasuki kamarnya dengan lesu, matanya berat dan kepalanya sangat pusing.

Kai melihat figuran yang sudah ada sejak ia datang ke masa ini, itu adalah foto seseorang yang semua orang kenal sebagai Kai. Dia tinggi, tampan, dan berwajah dingin, sampai sekarang Kai tidak tahu siapa nama orang itu dan apakah masih hidup atau tidak.

Bruk!

Tubuhnya jatuh di atas kasur, rasa kantuk mulai menyerang. Matanya siap untuk tidur, tapi hatinya menolak dan memaksa Kai untuk terus mencari Nenek Permen.

"Ugh! Pusing, minum obat dulu deh." Kai beranjak dari kasurnya, berjalan ke meja belajarnya untuk mengambil obat sakit kepala.

Matanya tidak fokus melihat ke depan, semuanya memburam karena anak itu sudah benar-benar mengantuk. Membuka satu bungkusan dan memakannya, Kai mengernyit dalam keadaan mata terpejam.

"Kok, obatnya manis ya? Tau lah, Kai ngantuk," dengan begitu Kai langsung jatuh tertidur.

Dadanya naik-turun secara teratur, tidak peduli jika seragamnya yang lepek mengganggu kenyamanan tidurnya. Yang penting Kai bisa memejamkan matanya dan mengarungi dunia mimpi dengan harapan saat bangun Kai bisa bertemu Nenek Permen.

Tanpa sepengetahuan Kai, sebuah cahaya putih memancar sangat terang. Membungkus tubuh Kai dan hal selanjutnya adalah Kai yang menghilang dari atas kasurnya.

.

.

.

.

.

"Kai, sayang ... Bangun, nak." Kening Kai mengernyit, suara yang membangunkannya begitu familiar.

Suara yang sudah lama sekali tidak didengarnya, sekali lagi suara lembut itu memanggil. Kali ini diikuti sebuah goyangan di pundaknya, Kai mengerjapkan matanya pelan-pelan.

Menyesuaikan cahaya yang tiba-tiba menusuk retinanya, Kai perlahan-lahan bergerak duduk. Mengucek matanya seraya menguap lebar, usapan di kepalanya seperti sebuah sihir.

Fokus Kai sudah menatap ke depan, dimana seorang pria tua yang sangat cantik tersenyum kearahnya. Kai memiringkan kepalanya, Kai berkedip berkali-kali untuk memastikan pengelihatannya tidak salah.

"Geema?" gumam Kai, yang mana dibalas dengan deheman pelan.

"Geema?" sekali lagi Kai memanggil, kali ini lebih jelas.

"Iya, ini Geema. Kenapa sayang?" Kai tidak bisa menahan air matanya, anak itu menangis lepas seraya memeluk seseorang yang dipanggil Geema.

"GEEMA! KAI KANGEN!" seru Kai tidak kira-kira kerasnya,

Nathan atau yang Kai panggil Geema, terheran-heran mendapati kehisterisan cucunya. Membalas pelukan cucunya, Nathan menepuk pundaknya pelan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Broken Home FailedWhere stories live. Discover now