Chapter (26)

794 67 2
                                    

Setelah enam hari menjalani ujian kenaikan kelas, semua murid dapat bernapas lega karena hari ini adalah hari terakhir ujian. Kino dan kelima temannya sedang duduk di meja kantin, menikmati jajanan warung yang dibeli.

Ada yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya, karena kini Yovaleno sudah berada dalam lingkar pertemanan mereka lagi. Kai yang paling bersemangat, dia menanyai Yovaleno banyak hal hingga bertanya mengenai kisi-kisi yang akan diujikan nanti.

Dan sepertinya yang bisa menerima Yovaleno kembali hanya Kino, Sadam, Juan, serta Kai. Sedangkan Haikal dan Regan masih enggan berinteraksi pada Yovaleno.

Yovaleno pun tidak mempermasalahkannya, sudah diterima lagi walaupun terpaksa ia tidak masalah. Selagi ia masih memiliki orang yang benar-benar tulus menerimanya, seperti Kino, Kai, Juan, dan Sadam.

"Yova! Kalo kamu dapet rangking, Papa kamu ngasih hadiah apa? Papa Kai janji bakal beliin Kai video game baru," Kai berujar senang. Tanpa menyadari raut wajah Yovaleno yang tidak mengenakkan.

Begitu juga kino, dan lainnya, Regan menendang pelan kaki Kai. Walaupun ia masih tidak mau menerima Yovaleno, tetapi ia masih bisa peduli dengan perasaan orang lain.

"Ssssttt! Yova udah gak punya Ayah, jangan nanya begitu!"

Kai melotot terkejut, sedangkan sisa temannya menepuk jidat. Tidak habis pikir dengan Regan yang terkadang ceplas-ceplos.

"Goblok, dah ah!" gumam Haikal, seraya memukul paha Regan.

"Kenapa, sih? Sakit tau!"

"Lo kalo mau ngasih tau jangan frontal to the point!"

"Kan, gue ngasih taunya bisik-bisik."

"Bisik-bisik pala, lo! Suara lo kedengeran sampe ujung kantin, bahlul!"

"Ups! Sorry, gue diem, deh." Regan menutup mulutnya dan diam menyedot minumannya dari sedotan.

Yovaleno hanya tersenyum maklum, lagipula ia tidak tersinggung karena ucapan Regan tadi. Karena kenyataannya memang Ayahnya sudah tidak ada.






****





Ujian di hari terakhir selesai, semua murid menghembuskan napas lega. Setidaknya harus santai sebelum pembagian rapot nanti.

Kebetulan hari terakhir adalah hari Sabtu, Kevan berinisiatif mengajak Kino untuk malam mingguan. Mengajaknya pergi keliling kota, atau bermain di alun-alun kota menjelajahi kuliner di sana.

Kino pun mengiyakan, karena mendengar jelajah kuliner ia langsung bersemangat. Tapi, rencana malam mingguan berdua saja dengan sang kekasih harus kandas saat Kai datang dan memaksa ingin ikut.

Kevan melarang keras, bahkan mengusir Kai menyuruhnya pergi bersama Regan saja. Namun, dengan sangat baik hati Kino mengizinkan Kai ikut, katanya supaya lebih ramai kalau Kai ikut.

Sejak perjalanan menuju alun-alun Kevan merengut terus, di dalam mobil pun Kevan lebih banyak mengumpat dalam hati. Semua disebabkan oleh Kai dan Kino yang asik sendiri tanpa mengajaknya mengobrol.

Setiap Kevan bertanya pasti Kai akan menyela dengan pertanyaan random yang menyebalkan. Tetapi, lucu menurut Kino, entah terbuat dari apa otak Kino yang menganggap pertanyaan "kenapa kalau tidur semua jadi gelap" itu lucu.

"Eh, bocah!" Kevan menarik kerah hoodie Kai ketika anak itu akan berlari menyusul Kino.

"Ish! Apaan, sih? Sakit tau leher Kai," bibirnya maju, cemberut sambil mengusap-usap lehernya.

"Gue minta tolong nih, sama lo. Biarin gue berduaan aja sama Kino, lo jangan ganggu gue. Bisa gak?"

"Gak bisa!"

Broken Home FailedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang