Chapter (6)

1.4K 133 32
                                    

Sampai di kediaman keluarga Rhodes, Kino segera turun dari motor besar Kevan. Melepas helmnya, lalu melenggang pergi begitu saja tanpa ucapan terima kasih.

"Oy, Cecil! Gak bilang makasih?" tegur Kevan, ia sudah turun dari motornya. Dengan tangannya memeluk helm yang barusan dipakai Kino.

"Makasih," jawab Kino tidak minat. Bahkan wajahnya menunjukkan ketidaksukaan pada Kevan.

"Judes banget, yang ikhlas dong."

Kino menghela napas lelah, ia menatap Kevan dengan senyuman manis terpaksa.

"Terima kasih banyak, Tuan Muda Kevan Axel Leeches anaknya Om Jeffry dan Tante Tio. Udah, puas?"

"Lengkap banget. Kayak perasaan aku ke kamu."

"Ih, najis banget! Pergi sana!"

"Gak nawarin gue masuk dulu gitu?"

"Emang tadi aku nawarin kamu masuk? Kayaknya enggak, aku ngusir kamu biar cepat pergi."

"Astaga, judesnya masa depan. Ya udah, gue pulang." Kevan menyalakan mesin motornya, dipakai helm bersiap meng-gas kendaraannya.

"Hati-hati di jalan Kevan sayang, muah!"

Jangan salah paham, yang bilang seperti itu bukan Kino. Tapi Kevan sendiri, dengan bodohnya melayangkan flying kiss pada dirinya sendiri.

"Dari setengah manusia purba yang pernah aku temui. Kayaknya jenis manusia ini yang paling purba." Kino menggeleng kecil, lelah atas kelakuan absurd Kevan.

Kino berjalan masuk setelah pagar rumahnya sudah dibuka oleh pekerja di sana. "Sudah pulang, den Kino," sapa pekerja wanita yang membuka pagar.

"Iya, Bi. Ayah udah pulang belum?"

"Belum den, tapi Nyonya udah pulang kok."

"Beneran? Ya udah, Kino masuk duluan ya Bi."

"Iya, den." Kino berlari kecil, senang karena Bundanya sudah pulang dari rumah Nenek.

"Bunda!" Kino berseru kencang, terdengar sahutan dari arah dapur. Langsung saja Kino melangkah ke dapur.

"Bunda, Cecil kangen!" kata Kino seraya memeluk Bundanya dari belakang.

"Aduh, anak Bunda manja banget. Bunda juga kangen anak manis Bunda." Dipeluknya Kino erat, menyalurkan rasa rindu setelah tiga minggu tidak saling bertemu.

"Kamu mandi dulu sana, nanti kita makan bareng-bareng," ucap Bunda Kino.

Kino melepas pelukannya ogah-ogahan, ia mengangguk lalu berjalan kearah kamarnya di lantai dua.

.

.

.

.

"Ayah pulang." Suara dari depan mengalihkan fokus Windy pada sayuran yang sedang ia potong.

Segera ia berjalan kearah pintu utama, menyambut suaminya pulang. "Tadi katanya, pulang bareng Cecil. Kok, jadi sendiri-sendiri?" tanya Windy seraya mengambil tas di tangan Yudha.

"Kamu tau sayang. Pas aku sampai di sekolah Cecil aku panik karena anak itu gak ada. Dan ternyata anaknya si Jamal udah bawa Cecil pulang."

"Anaknya Jamal? Yang mana? Kan, anaknya Tio banyak."

"Itu si kampret." Windy harus menyerap ucapan Yudha dahulu, berpikir siapa si 'kampret' ini.

Dan setelah menyadari jika itu Kevan, Windy tertawa. "Namanya Kevan, Yud. Seenaknya aja ganti-ganti nama orang."

Broken Home FailedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang