Chapter (5)

1.7K 150 27
                                    

Kai menghampiri sekumpulan pemuda yang semuanya berparas rupawan. Dan Kai mengenali salah satu sosok di sana, dia Papanya. Kevan.

Langkah Kai melambat kala melihat paras Kevan yang tak berubah, hanya image-nya yang berbeda. Jika di masa depan Kevan adalah pria dewasa nan tegas, maka sekarang Kai melihat sisi lain dari Papanya.

Kevan jauh lebih bebas di masa mudanya. Seolah tidak pernah terbebani banyak hal.

Mata Kai kembali berkaca-kaca, keinginan untuk memeluk laki-laki itu sangatlah besar. Namun, Kai sadar kini dirinya bukan siapa-siapa diantara Kino maupun Kevan.

Saking mengaguminya, Kai sampai tidak sadar jika sudah berdiri tepat di samping meja mereka. Semua yang duduk di sana menatap Kai aneh, apalagi Kevan.

Sorot mata Kevan yang ini belum pernah dilihat oleh Kai, biasanya Kevan selalu menatapnya lembut. Tidak pernah sekalipun menatapnya dengan tatapan tajam seperti sekarang ini, Kai merasa takut akan intimidasi dari tatapan Kevan.

Tapi sekali lagi, Kai tidak bisa mundur begitu saja. Kai harus melakukan sesuatu agar ia bisa dekat dengan Papanya.

Maka Kai memasang cengiran khasnya. "Hai! Kai mau kasih kalian permen, ini buat kalian."

Telapak tangan Kai tersodor ke depan, menunjukkan lima bungkus permen di sana. Mereka diam, tidak menerima pemberian Kai ataupun sekedar menolak.

"Kok, diam aja. Kai kasih ini ke kalian, permennya enak soalnya manis, hehe," Kai tidak menyerah. Ia terus berusaha membujuk kelima pemuda itu menerima permennya.

"Heh." Satu suara mengalihkan atensi Kai, senyumnya tidak hilang. Ia beralih memandang laki-laki yang barusan bersuara.

"Kamu mau permennya?" tanya Kai ceria.

"Woi, Kev. Kasian, tuh. Ambil gak?" tanya pemuda berambut sedikit panjang, Kai terpesona padanya. Wajahnya seperti seorang pangeran negeri dongeng.

"Lo siapa?" setelah sekian lama diam memandangi Kai, Kevan bersuara.

"Aku, Kaiden. Biasa dipanggil Kai."

"Gue gak nanya nama lo. Gue tanya siapa elo?"

Kai diam, tidak mengerti maksud dari Kevan. Tangannya perlahan turun karena pegal terus terulur.

"Kai, aku ... Kai," jawab Kai sama. Ia tidak mengerti maksudnya, jadi Kai memilih mengulang namanya.

"Udah Van, kasian dia. Niatnya baik cuman ngasih permen aja, nama lo Kai, kan?" Kai mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan pemuda berkacamata.

Dia tersenyum lembut, lalu bangun dari duduknya mendekati Kai. Di sisi kantin, Kino dan teman-temannya waspada. Takut-takut Kai di jahili oleh pemuda berkacamata.

Ketika pemuda itu sudah berada tepat di depan Kai, Kai terkejut. Karena dia sangatlah tinggi, tingginya melebihi dirinya.

"Mana?" tangan bertelapak besar itu mengadah pada Kai.

Tersadar dari kekagumannya, Kai memberikan satu permen pada pemuda berkacamata. "Cuman satu aja?" tanyanya, menatap bergantian antara permen dan Kai.

"Iya, Kai ngasihnya satu orang satu. Kamu mau lagi? Ini." Kai memberikan satu permen lagi.

Si pemuda berkacamata terkekeh kecil, "lo lucu. By the way, thanks permennya."

"Eh, gue juga mau," ucap si paras pangeran.

Kai kesenangan, ia memberikan satu permen padanya. Setelah itu, mereka yang duduk ikut meminta permen dari Kai. Kecuali Kevan.

"Em, ka-kamu gak mau permen?" tanya Kai terbata. Ia masih takut pada tatapan Kevan padanya.

Broken Home FailedWhere stories live. Discover now