Chapter (8)

1.1K 121 7
                                    

Tepat saat jam istirahat, Kevan berjalan kearah kelas Kino. Ia sendiri, tidak seperti biasa teman-temannya akan mengikuti.

Sesampainya di sana Kevan mencari-cari keberadaan Kino dari balik kaca jendela. Namun, bangku Kino sudah kosong, kemungkinan Kino sudah pergi dari kelas.

"Gak mungkin udah keluar, biasanya mereka rombongan ke kantin," batin Kevan. Masih meragukan jika Kino sudah pergi dari kelasnya.

Kakinya dibawa masuk untuk memastikan, takut-takut Kino bersembunyi darinya. Belum kakinya menginjak ke dekat pintu, ia dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Anjing!" umpat Kevan karena kaget.

Tidak berbeda jauh dengan Kevan. Orang itu juga sama kagetnya.

"Kevan! Mulutnya!" tegur nya, tidak suka mendengar kata-kata kasar terlontar seenak jidat di depannya.

"Sorry, Lix. Kino mana?" tanya Kevan pada Yovaleno. Tapi Kevan lebih sering memanggilnya Farel atau Lix.

"Tadi dia keluar duluan. Katanya mau ke rooftop."

"Ngapain?"

"Entahlah, coba aja kamu samperin."

"Oke, thanks Lix." Kevan segera pergi, sebelumnya ia sempatkan mengusap surai pirang Yovaleno.

Yovaleno tentu menerimanya, apa yang dilakukan Kevan sudah biasa. Menurutnya, Kevan hanya menyalurkan kasih sayang antar sahabat.

Tanpa tahu pandangan orang lain atas perlakuan Kevan padanya. Banyak yang salah paham, bahkan menjelek-jelekkan Yovaleno dari belakang.

Pemuda manis itu melangkah, berjalan kearah kantin seperti biasanya. Ia tidak menyadari tatapan murid di koridor atau di kelas mengarah aneh padanya.

Baru beberapa langkah kakinya harus berhenti. Saat seseorang menghalangi jalannya.

Yovaleno mendongak untuk melihat siapa orang yang sudah menghalanginya, awalnya ia ingin melayangkan protes. Tapi, ia urungkan ketika seseorang itu sangat ia kenal baik, senyum secerah matahari terpantri di bibir ranumnya.

"Harith, kamu——" belum selesai Yovaleno bicara Harith sudah memotongnya. "Tadi lo ngapain!"

Itu bukan pertanyaan, lebih pada ucapan yang memojokkannya. Kepala Yovaleno miring ke kiri, menatap Harith bertanya.

"Ck. Lo ngapain sama Kevan?" tanya Harith tidak sabaran.

Yovaleno mengerti sekarang, ia tetap memasang senyumnya. "Tadi Kevan cuman nanyain Kino dimana. Kita gak ngapa-ngapain, kok. Oh iya, kamu ke sini mau nyamperin aku?"

Mata Yovaleno berseri-seri, banyak sekali harapan dari tatapannya. Namun, Harith sama sekali tidak menyadari akan tatapan Yovaleno.

"Enggak, gue mau ke kelas Juan. Minggir lo!" Harith mendorong bahu Yovaleno sedikit kasar.

Kepala Yovaleno tertunduk dalam, bibirnya di gigit kuat, sakit hati mendengarnya. Yovaleno lebih memilih memutar haluan, dari niatnya pergi ke kantin menjadi ke halaman belakang sekolah.

Ia bahkan sudah mendengar bisik-bisik jelek tentangnya di sepanjang koridor.

"Dasar penggoda."

"Gak tau malu banget."

"Muka aja polos, tapi dalamnya gak polos lagi, hahaha!"

"Namanya aja kayak jalang, Yova?"

"Apalagi dia menye-menye banget. Sana sini mau!"

"Ya, Ibunya aja sana sini mau. Apalagi anaknya? Pasti nurun tuh sifatnya, hahaha!"

Broken Home FailedWhere stories live. Discover now