Chapter 10

1.1K 109 2
                                    

Di Sabtu cerah ini, Kai tidak hentinya berguling-guling di atas kasur. Ia bosan, tidak tahu sekaligus bingung apa yang harus dilakukan.

Ikut Andra joging sudah, mengganggu Karin di dapur sudah, sarapan juga sudah ia lakukan. Tapi, masih saja Kai merasa kurang, karena biasanya jika di hari libur Papanya akan mengajak ia dan sang Mama pergi berjalan-jalan.

Ngomong-ngomong soal jalan-jalan, Kai belum menanyakan apakah Karin bisa mengajaknya pergi keluar atau tidak. Maka dari itu, Kai melompat dari kasur lalu berlari menuju lantai bawah.

Sesampainya di sana, Kai melihat Karin sedang membaca MacBook-nya di meja makan. Wajah cantiknya terlihat serius, sesekali dia menyesap teh dari cangkirnya.

"Mama!" panggil Kai bersemangat, tungkainya melangkah cepat kearah Karin.

Kemudian ia memeluk Karin dari belakang, bergelayut manja di sana. Karin terkekeh, mengusap-usap pipi tembam anaknya sayang.

"Kenapa, hm? Kai mau sesuatu?" tanya Karin tepat sasaran.

Kai tersenyum lebar, berpindah tempat menjadi duduk di samping Karin. "Mama, Kai bosan. Kai mau jalan-jalan, Mama mau jalan-jalan sama Kai gak?"

Karin tidak langsung menjawab, ia lebih dulu mencubit gemas pipi sang anak. "Maaf sayang. Mama gak bisa ngajak kamu keluar, ada pekerjaan yang harus Mama lakukan. Tapi, biasanya kamu kan pergi sama Regan. Mama kira kamu di kamar terus buat siap-siap, taunya malah belum mandi juga."

"Gitu ya? Biasanya Kai sama Regan pergi keluar bareng-bareng?"

"Gak sering sih, kalo kamu minta pergi ya Regan pasti mau-mau aja. Begitu juga sebaliknya, coba aja kamu ajak Regan keluar pasti dia mau."

"Oke deh. Makasih Mah!" Kai melenggang pergi.

Di kamar, Kai mengambil ponselnya guna menghubungi Regan. Namun, terlintas ide jahil di kepalanya.

Kai kembali turun dengan ponsel di genggamannya. Mengedarkan netranya keseluruhan ruangan.

Dan apa yang ia cari akhirnya ketemu, Kai berjalan ke sana. Mengambil gagang telepon yang terletak di atas meja dekat televisi.

Satu-persatu angka ia tekan, mendial nomor Regan di sana. Menunggu beberapa detik akhirnya sambungan telepon terhubung.

"Halo?" suara Regan dari seberang sana terdengar bingung.

Kai diam saja, menjahili Regan adalah suatu kegiatan favoritnya.

"Halo! Siapa, sih?" Regan mulai emosi, dia berteriak tidak sabar.

"Et deh! Jail amat jadi orang! Gue tutup!"

"Eh tunggu dulu! Jangan ditutup Regan, ini Kai." Kai cepat bersuara sebelum Regan benar-benar menutup teleponnya.

"Kai? Lo pakai nomor siapa? Bukannya lo ada kontak gue di hp lo?"

"Hehe, Kai telepon pakai telepon rumah. Biar hemat pulsa."

Di rumah, Regan memutar matanya malas. "Ya, terserah lo. Ada apaan telepon?"

"Em, itu ... Kai mau jasnjsj."

"HAH?" sontak saja Kai menjauhkan gagang telepon dari telinganya ketika Regan dengan tidak manusiawi berteriak sangat kencang.

"Elo ngomong apaan anjir! Yang jelas!"

"Ih! Kai, mau jasnsjkssj."

"Sumpah Kai, kalo gue ada di dekat lo. Udah gue seleding kepala lo! Yang jelas ngomongnya!"

"Masa Regan gak tau. Kai mau jasnnkasjsj."

"Lo kalo ngomong kaga jelas sekali lagi, gue bener-bener samperin elo ke rumah terus gue seleding Kai! YANG JELAS JANCUK! GUE KAGAK NGERTI LO NGOMONG APAAN!"

Broken Home FailedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang