Chapter 13

1K 100 5
                                    

"Cil, udah lah. Ngambek mulu kerjaan lo," Kevan berucap lemas. Sudah dua jam ia memohon maaf pada Kino yang sedang merajuk padanya.

Masalahnya? Bukan masalah besar, semua masalah kembali pada Kevan yang jahil. Dia terus menggoda Kino dengan sebutan 'Mama' seperti yang sering Kai panggil pada Kino.

"Ya elah, Cil. Masa marahnya lama banget, kita mau lanjut jalan gak nih?" Kevan terus berusaha, walaupun respon Kino hanya meliriknya sinis.

Tanpa bicara apapun, Kino berjalan kearah motor Kevan yang terparkir di parkiran taman bermain. "Buruan! Aku lapar!"

Kevan tersenyum cerah, akhirnya sekian lama Kino menutup mulut. Kino bicara juga padanya, tidak masalah dengan nada sinis itu yang penting Kino sudah mau bicara.

Buru-buru Kevan menaiki motornya, menunggu Kino duduk nyaman baru dinyalakan mesin motornya. Tanpa menunggu lama motor pun berjalan membelah jalan yang lumayan ramai.

Kevan menatap pantulan wajah Kino dari kaca spion, Kino-nya sangat lucu. Bibir mencembik kesal dan tangan dilipat di depan dada. Menggemaskan.

Senyum terbit di bibir Kevan di balik helmnya, sepertinya tidak akan lama. Usahanya meluluhkan hati Kino akan berhasil.

"Mau makan di mana?" tanya Kevan setengah berteriak.

"Terserah!" Kevan mengulum bibir. Jawaban yang mengesalkan, Kevan tidak suka jawaban itu.

"Mau makan apa?"

"Terserah!" satu pertanyaan yang berbeda namun, bermakna sama seperti pertanyaan sebelumnya. Tapi, jawaban Kino tetap sama.

"Ayolah, kalo lo gini gue bingung. Kasianin gue lah, yang dua jam bujuk-bujuk elo." Kino menghela napas panjang, kelamaan ngambek membuatnya kasihan pada usaha Kevan.

"Tempat biasa aja," jawab Kino akhirnya.

Kevan segera melajukan lebih cepat motornya menuju rumah makan sederhana yang biasa Kino datangi. Sebenarnya Kevan yang sering menculik Kino, membawanya jalan-jalan, dan berakhir rumah makan itu menjadi tempat favorit Kino karena makanannya enak. Dan murah.

Sesampainya mereka di sana, langsung Kino duduk di tempat favoritnya. Duduk lesehan di dekat kolam, karena pemandangannya yang indah dan banyak bunga-bunga tertanam di sana.

"Mau pesen apa?" tanya Kevan, masih berdiri untuk memesankan pesenan Kino.

"Kayak biasa aja," jawab Kino. Masih bernada sebal, tapi Kevan tidak memperdulikan.

Kevan segera pergi memesan, tidak ingin membuat Mama macan marah lagi padanya. Kino mengikuti langkah Kevan dengan matanya, bimbang tiba-tiba melanda hatinya.

Kevan sudah sangat baik padanya, bahkan tidak segan menunjukkan kasih sayang yang luar biasa. Walaupun kadang kelakuannya bisa membikin malu dirinya, tapi Kino tahu, Kevan tidak jahat. Kevan tulus.

Tapi, trauma masa lalu membuat Kino ragu untuk menerima Kevan. Kino takut kesalahan di masa lalu terulang lagi.

Dan berakhir dirinya sakit hati yang teramat lagi.

"Nih, mereka ngasih bonus ayam mentega." Sebuah piring diletakkan di depan Kino. Membuat lamunannya buyar.

Dilihatnya piring lain berisi ayam mentega yang dimaksud Kevan. Ayam mentega itu kesukaannya, saking seringnya ke sini. Para pelayan bahkan tahu apa kesukaan pelanggan setianya.

"Thanks."

"Ya, sama-sama. Dimakan, gih!"

Mereka makan dengan khidmat, tanpa suara percakapan kecuali suara dentingan sendok beradu dengan piring.

Broken Home FailedWhere stories live. Discover now