Chapter (27)

908 73 3
                                    

"Gue suka sama lo, Kal."

"Pprrrfftt! Uhuk ... Uhuk!" Haikal tersedak jus alpukat, wajahnya memerah menahan sakit pada tenggorokan serta hidung yang tiba-tiba mengeluarkan air.

Tidak berbeda dengan Haikal, respon yang lain pun sama-sama tersedak minuman dan makanannya. Tapi, tidak separah Haikal yang sampai Yovaleno tepuk-tepuk pelan punggungnya.

"Hah?" setelah merasa lebih baik, Haikal bertanya seraya menatap Regan yang santai memakan batagornya.

Dia tidak memperdulikan reaksi terkejut teman-temannya karena pengakuan tiba-tibanya tadi. Regan balas menatap Haikal, meminum es tehnya lebih dulu sebelum menjawab.

"Kenapa? Gue suka sama lo, jadi gue sampein ke elo."

"Tapi, gue gak—"

"Gue cuma mau ungkapin aja supaya beban hati mereda dikit, bukan ngajak lo pacaran. Gue juga ogah pacaran sama lo."

Saat itu juga hening, hanya terdengar hiruk pikuk siswa-siswi meneriaki pesanan mereka pada penjual di kantin. Makanan dan minuman di atas meja mereka abaikan, Kai yang duduk di samping Regan menundukkan kepalanya.

Berpikir bagaimana bisa Regan menyukai Haikal sebagai partner ributnya. Keduanya selalu bertengkar meskipun masalah sepele, dan akan akur lagi dengan sendirinya kemudian kembali meributkan sesuatu.

Suasana disekitar mereka menjadi agak canggung, Regan yang merasa menjadi perusak suasana menghela napas. Menjauhkan piring batagornya lalu menatap satu persatu teman-temannya, terakhir pada Haikal yang berada di hadapannya.

"Gak usah terlalu dipikirin, gue cuma mau ngungkapin perasaan gue aja. Bukannya lo bilang kalo gue harus ngomong ke orang yang gue suka langsung? Biar gue gak terlalu terbebani sama pikiran dan perasaan gue, dan orang yang gue suka itu elo, Haikal. Tapi, gue tau, kok, kalo lo suka sama Kakaknya Kevan ... Jadi sebelum terlambat, gue ungkapin perasaan gue duluan ke elo. Gak ada maksud apa-apa, gue juga gak minta lo jadi pacar gue. Santai aja, nanti juga perasaan gue ilang sendiri."

Penjelasan berakhir dengan Regan yang melenggang pergi meninggalkan keheningan diantara teman-temannya. Sebelum ia benar-benar pergi dari kantin, Regan bersuara pelan tertuju pada Haikal.

"Gue gak masalah sama penolakan lo, gue cuma ngelakuin apa yang udah lo suruh kemaren. Gue harap, kita tetep jadi sahabat dan gak canggung cuma gara-gara penyataan gue tadi."

Dengan begitu Regan menghilang dari pandangan yang lain. Suasana hening terus berlanjut sampai mereka beranjak dari kantin. Berjalan berlawanan arah menuju kelas masing-masing.

.

.

.

.

Sudah rutinitasnya Kevan dan Kino, ketika jam pulang sekolah mereka akan pergi ke suatu tempat untuk berjalan-jalan. Kevan senang, kali ini Kai tidak menampakkan batang hidungnya sejak istirahat pertama selesai.

Meskipun sedikit heran karena biasanya Kai akan mengikuti kemanapun Kino pergi, sekarang seolah Kino mendapat kebebasan dari anak ayam yang mengikutinya itu.

"Kevan," Kino memanggil. Dengan kepala nyaman bersandar di bahu lebar Kevan sambil memakan es krimnya.

"Em?"

"Kamu tau gak—" belum Kino menyelesaikan ucapannya Kevan sudah menyela. "Gak tau, tuh."

"Ih! Aku belom selesai ngomong!"

"Hahaha, iya-iya, maaf. Kenapa?" gemas melihat kekasihnya merengut, Kevan mengusak surai halus Kino lembut.

"Tadi di kantin, Regan nyatain perasaannya ke Haikal."

Broken Home FailedWhere stories live. Discover now