Chapter 12

1K 117 4
                                    

Tiga hari setelah peristiwa hampir tertabrak truk di taman kota, Kai semakin menempel pada Kino. Bahkan Kai sudah berani memanggil Kino dengan sebutan Mama tanpa takut dipandang aneh orang lain.

Awalnya Kino merasa risih dipanggil seperti itu, tapi, saat melihat wajah lucu Kai ketika memanggilnya Mama membuat rasa risih itu sirna. Teman-temannya pun merasa aneh –kecuali Regan– namun, karena Kai sering memanggil Kino Mama mereka jadi terbiasa mendengarnya.

Teman-teman Kino menerima saja panggilan Kai, tetapi Kevan sama sekali tidak menerimanya. Kadang ia akan menatap Kai tajam, atau berkata kasar pada Kai saat Kino tidak berada disisinya.

Pernah juga Kai dibuat menangis karena Kevan terus-terusan mengatainya aneh. Dan menakut-nakuti bahwa Kai harus di masukan ke Rumah Sakit Jiwa, supaya keanehannya hilang.

Seperti sekarang ini, lagi-lagi Kevan jahil menakutinya. "Hayoloh, cebong. Sebentar lagi lo berubah jadi kecebong beneran, soalnya lo aneh!"

Kai cemberut, tentu Kai tidak percaya kalau dirinya akan berubah menjadi kecebong. Tapi, jika terus diganggu bahkan dikata-katai seperti ini membuat Kai kesal.

Dan Kai melampiaskan kekesalannya dengan menangis, Kai tidak bisa memukul Kevan. Kai masih waras untuk tidak melakukan itu, ia tidak mau menjadi anak durhaka karena memukul ayahnya sendiri.

"Heh, Kai. Gue kasih saran, nih, dukun mujarab supaya lo kagak jadi kecebong beneran. Lo mau gak?" pertanyaan nyeleneh Kevan semakin menjadi.

Kai menggeleng ribut, dalam hatinya menjerit agar Regan atau siapapun datang membantunya dari keusilan Kevan.

"Kai, lo pernah liat bokep gak?" Kai menggeleng lagi, matanya berkaca-kaca. Takut dengan wajah Kevan yang seperti monyet lepas, dan takut dengan pertanyaan Kevan.

"Lo udah gede Kai, harus tau bokep itu apaan. Buat kelangsungan masa depan elo, eh ... Gue ada banyak, lo mau gak?"

"E-enggak! Emang, emang bokep itu apa?" sontak mata Kevan dipaksa melotot, ditatapnya Kai intens. "Serius? Lo gak tau apa itu bokep? Kalo ngwe, coli, sodok-menyodok?"

"Hiks, eng-enggak! Kai, enggak hiks, tau!" Kai mulai menangis, pipinya menggembung menahan suara isakannya.

Kevan semakin memasang wajah menyeramkan, memberikan pertanyaan-pertanyaan aneh pada Kai. Air mata tidak berhenti mengalir, dan Kevan senang melihatnya, ia senang melihat Kai yang ketakutan dan menangis seperti ini.

"Anjir, beneran gak tau? Oke, gue kasih elo edukasi penting. Kita mulai dari bokep dulu, jadi bokep itu——aDUH, BANGSAT SIAPA SIH!" jerit Kevan kesakitan saat merasakan punggungnya panas sehabis dipukul dengan benda keras.

"Aku, kenapa?" ucapannya, Kevan mendongak dan menemukan Yovaleno yang membawa buku besar di tangannya.

Matanya menatap tajam Kevan, wajah manis dan ramahnya seketika menghilang digantikan dengan wajah datar yang menakutkan.

Yovaleno mendekat kearah Kai, lalu Kai langsung memeluk pinggang Yovaleno. Masih sesenggukan, sekalian cari muka agar Kevan dimarahi oleh Yovaleno, sekalian yang lain juga memarahinya.

Licik? Tentu saja. Semua ajaran Kevan.

"Kamu tadi ngomong apaan ke Kai?" tanya Yovaleno tajam.

Kevan menggaruk tengkuknya, agak takut dengan perubahan ekspresi Yovaleno. "Eum, anu ... Itu, cuman edukasi aja, hehe."

"Haha hehe! Tapi, apa harus bikin Kai nangis kayak gini? Kamu bukan sekali dua kali, loh, ngebuat Kai nangis. Ketahuan Kino batu tau rasa kamu!"

"Kenapa?" tiba-tiba terdengar suara Kino dan langkah kaki mendekati meja mereka.

Broken Home FailedWhere stories live. Discover now