Chapter (3)

2K 177 7
                                    

"Kai, lo serius gak ingat gue?" pertanyaan yang sama Regan kembali lontarkan, Kai mendengus atas pertanyaan kesekian kalinya itu.

"Enggak. Kai cuman ingat, malam-malam pergi dari rumah karena Mama sama Papa berantem. Terus ketemu sama Nenek-nenek, terus Nenek itu ngasih Kai permen cokelat, habis itu Kai disuruh pulang. Pas sampai di rumah, Kai langsung tidur, terus bangun-bangun Kai udah ada di sini." Regan mengedipkan matanya berkali-kali, speechless akan cerita random dari Kai.

"Apaan dah? Kayaknya cerita lo biasa aja. Gak ada unsur yang bikin lo hilang ingatan, kepala lo gak kejedot apa gitu?"

"Ih, Kai kan tadi bilang. Kai gak ingat, yang Kai ingat cuma itu aja. Sama rasa permen dari——eh?" Kai membeku, baru ingat ucapan Nenek waktu itu tentang permennya.

"eEH! PERMEN! REGAN, PERMENNYA!" suara Kai yang menggelegar keseluruhan ruang kelas tentu menarik perhatian penghuni lainnya.

Mereka mulai berbisik-bisik, apalagi kejadian tadi pagi dimana Kai pingsang di depan gerbang sekolah. Regan sendiri sudah merosot ke bawah meja, malu karena Kai kembali bertingkah absurd.

"Regan! Ayo, beli permen!" kepala Kai menoleh ke bawah, guna melihat temannya yang bersembunyi.

Regan rasanya ingin menangis, mengapa temannya yang ber-image kalem jadi bar-bar begini. Keluar dari persembunyiannya yang sia-sia, Regan duduk di bangkunya, mencoba bersikap cool dan masa bodo.

"Iya, entar beli permen. Sekarang belum istirahat, kita tunggu sampai istirahat, ya?" kata Regan lemah lembut, ia merasa seperti berbicara dengan anak balita.

"Oke!" jawab Kai semangat. Ia membenarkan letak duduknya kala seorang guru masuk ke dalam kelas.

"Selamat pagi anak-anak," salam guru itu ketika sudah meletakkan buku-bukunya di atas meja.

"Pagi, Bu!" jawab serentak penghuni kelas, tak terkecuali Kai yang menjawabnya dengan energi berlebih.

Guru itu tersenyum melihat Kai yang antusias, "baiklah. Buka buku paket halaman seratus dua puluh, kita lanjutkan materi kemarin."

Kegiatan pembelajaran pun berlangsung tenang. Murid-murid mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.

.

.

.

.

Bel istirahat sudah berbunyi, guru yang tadi mengajar menutupnya dengan peringatan jangan keluar dari area sekolah ketika beristirahat. Ketentuan itu sudah menjadi dasar peraturan sekolah, karena banyak anak yang izinnya keluar untuk membeli makanan dan berakhir mereka tidak lagi kembali sampai jam pulang.

"Regan, ayo!" seru Kai tidak sabaran.

Regan mendengus, mempercepat kerja tangannya membereskan perataan tulis di atas meja. Ia tidak mau dibuat malu lagi oleh tingkah Kai, padahal Regan sangat mengenal Kai adalah anak yang kalem dan pemalu.

"Sabar," kata Regan. Yang mana tidak sama sekali Kai pedulikan, Kai menarik tangan Regan untuk cepat-cepat keluar kelas.

Namun, baru lima langkah Kai terdiam. Baru ingat ini bukan sekolahnya, ia memutar badan menghadap Regan di belakangnya.

"Regan, kantinnya dimana?" tanya Kai polos.

Yang ditanya menghela napas panjang, "capek gue Kai! Ayo, ikutin gue. Jangan ngilang ya! Ini sekolah gede, gue males nyari-nyari lo!" peringat Regan, Kai cuman manggut-manggut menurut.



****



Di kantin Kai melongo macam orang bodoh. Kantinnya sangat ramai, tapi tidak pengap dan berdesak-desakan. Jauh berbeda dengan sekolahnya yang selalu ribut jika kehabisan makanan yang diinginkan.

Broken Home FailedWhere stories live. Discover now