Chapter 15

912 93 1
                                    

Kevan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, sedikit lagi. Hanya tinggal beberapa meter lagi ia sampai di halte biasa Kino menunggunya.

Sudah terlihat haltenya, bisa Kevan saksikan Kino sedang berbicara dengan seseorang yang duduk di sampingnya. Kevan tidak tahu siapa orang itu karena dia memunggunginya.

"Kino!" panggil Kevan bernada khawatir. Khawatir Kino akan marah padanya.

Mengabaikan orang lain yang bersama Kino, Kevan terburu-buru menuruni motor. Bergegas memegang lengan Kino, helmnya ia lepas dan lempar sembarangan.

"Cecil! Sorry, gue lupa kalo ada janji sama lo. Gue malah nganterin Farel pergi ke rumah Ayahnya, maafin gue ya Cil? Lo pasti nunggu lama, mending gue anter lo pulang aja, kita gak—" ocehan Kevan segera berhenti ketika Kino membekap mulutnya.

"Diem bisa? Jangan ngerocos terus." Kevan mengangguk, kemudian Kino melepas tengan kecilnya dari bibir Kevan.

Menoleh ke samping guna melihat seseorang yang menemani Kino, yang sedari tadi ia abaikan keberadaannya. Ketika kepalanya penuh menghadap orang itu Kevan agak terkejut, melihat Harith yang menatapnya dengan tatapan geli.

"Ngapa lo ngeliat gue gitu!" sengit Kevan. Harith terlonjak kecil, lalu tertawa pelan, mengejek Kevan.

"Kagak, sewot amat lo," kata Harith diselingi tawa kecil.

"Ya udah, karena pangeran lo udah dateng gue pergi dulu." Harith baru akan melangkah kearah motornya, namun terhenti ketika Kevan menarik tasnya.

Untung saja Harith bisa menjaga keseimbangan, jika tidak ia pasti sudah terjungkal ke belakang. "Anjing! Apaan, sih!" bentak Harith, sedangkan si pelaku malah memberikan cengiran bodoh.

"Tadi gue ninggalin Farel di jalan. Tolong jemput dia, ya? Kasian kalo Farel sendirian," ucap Kevan halus. Mencoba memberikan perhatian pada Harith, karena Kevan tahu kalau Harith tidak akan mau menjemput Yovaleno.

Dan dugaannya benar, Harith mendengus kasar. Menepis tangan Kevan dari tasnya.

"Suruh naik taksi aja, kenapa juga gue harus jemput dia?"

"Ya elah, Rit. Tolong, lah. Lo kan tau kawasan di sana susah buat angkutan umum."

"Kalo lo tau di sana suah angkutan umum, kenapa lo tinggal? Sedangkan lo bisa bawa dia ke sini dulu, terus lo suruh dia pulang naik bus."

"Kalo gue bawa ke sini Ferel muter-muter dong, lo pikir lah. Rumah Farel jauh, apalagi kalo udah sore gini bus bakal lama datengnya."

Ditengah perdebatan Harith dan Kevan, Kino yang tepat berada diantara kedua pemuda itu menatap bergantian antara Kevan dan Harith. Dengan mata bulat yang polos, ia mencoba mencerna apa yang sedang didebatkan Kevan sampai-sampai membuatnya kukuh seperti ini.

Sampai akhirnya Kino pun paham, kemudian ia memegang pundak masing-masing dua pemuda di depannya. "Udah, gak usah berantem. Harith, aku boleh minta tolong buat jemput Yova? Dari semua temennya kayaknya cuma kamu sama Kevan yang tau rumahnya, aku yang sahabat deket aja gak tau. Jadi, boleh ya?"

Kino mengeluarkan jurus jitunya, dengan memasang puppy eyes yang dapat meluluhkan siapapun hanya dengan tatapan itu. Harith menggigit pipi dalamnya, ingin menolak keras seperti pada Kevan, tapi entah kenapa melihat mata Kino membuatnya tidak bisa menolak.

Harith menghela napas panjang nan kasar, lalu mengangguk terpaksa. "Iya, bakal gue jemput si Yova," ucap Harith yang mendatangkan senyum lebar dari Kino dan senyum lega dari Kevan.

"Makasih Harith."

"Thanks Rit, tolong anter Farel sampe rumahnya."

Hanya anggukan yang Harith berikan, kemudian ia melangkah kearah motornya dan melaju untuk menjemput Yovaleno. Sepeninggalan Harith, tersisa Kevan dan Kino yang berdiri dengan suasana canggung.

Broken Home FailedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang