EMPAT PULUH TUJUH

10.6K 707 67
                                    

SKAVA: VOTE DULU!

***

Skava memandang Sena yang terbaring lemah di brankar. Wajahnya yang Terlihat sangat pucat dan Juga luka-luka biru di sekujur tubuhnya mampu membuatnya mengeluarkan setetes air mata lagi, Saat ini ia merasa kehilangan. dengan calon anaknya yang tidak terselamatkan, dan kondisi Sena yang juga belum membaik, Belum lagi yang paling ia takutkan nanti jika Sena menanyakan keadaan janinnya.

Setelah Sena terus Menangis dipelukan skava tadi. Skava mencoba menenangkan Sena dengan caranya, Tidak lama setelah itu akhirnya Sena tertidur. Mungkin Karna terlalu lelah. Dan juga dokter menyarankan agar Sena tidak terlalu banyak bergerak terlebih dahulu Karna luka dibagian belakang Sena seusai operasi belum Pulih.

Sedangkan Aryo, titia dan juga Reyhan. Sudah Pulang, Mereka sempat menemui Skava sebelum Pulang, telebih Aryo yang tadi sangatlah marah dan kecewa dengan skava. Titia dan Juga Reyhan hanya bisa diam tidak membela Skava.

Ceklek

Zidan memasuki ruang inap Sena ia berjalan menuju skava dengan membawa makanan yang tadi ia beli di kantin rumah sakit untuk skava. Karna dari kemarin skava belum makan dan Juga minum.

Zidan tidak Pulang kerumahnya melainkan tetap berada dirumah sakit untuk menjaga adiknya dari luar.

"Gue bawain makanan, Jangan sampai Lo gak makan skav."

Skava hanya diam seraya masih memandangi wajah Sena yang masih tertidur. Zidan menghela nafas panjang, ia tahu perasaan skava sekarang.

Setelah nya hanya ada keheningan diantara mereka, Tidak lama kemudian ada pergerakan dari Sena.

Sena perlahan-lahan membuka matanya yang pertama ia lihat adalah wajah skava yang terus memandangi nya dan juga Beralih ke Zidan yang berada disamping skava.

Sena baru merasakan sakit lagi dibagian belakang nya. Ia meringis pelan, Sena juga melihat kearah perutnya yang sudah tidak membuncit seperti dulu. Ia perlahan menatap kembali wajah skava dan juga Zidan dengan tatapan Bertanya.

"A-anak aku baik-baik aja kan?!"

Skava dan juga Zidan yang ditanya seperti itu bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin ia memberitahu sekarang. Karna pasti Sena tidak menerima semua ini. Dan juga kondisi Sena yang belum membaik.

Tidak ada jawaban dari keduanya membuat Sena semakin takut. "JAWAB ANAK AKU BAIK-BAIK AJA KAN?" Jeritnya.

Skava menggelengkan kepalanya. "Dia udah ada disurga sen." Tuturnya membuat Sena tidak terima atas ucapan yang dilontarkannya skava barusan.

"GAK! ANAK AKU MASIH ADA, DIA NGGAK MUNGKIN PERGI!" Teriak Sena memberontak dipelukan skava.

"LEPAS! KALIAN BOHONG! ANAK AKU GAK MUNGKIN PERGI! HIKS...," Teriaknya. Sena melemah dan tubuhnya yang mulai melemas.

Zidan memanggil dokter untuk menangani Sena yang terus Seperti itu. Dokter dan suster langsung langsung masuk. Dan segera menangani Sena.

"Silahkan tunggu diluar, kami akan menangani Pasien."

Zidan mengangguk dan langsung menarik skava untuk keluar ruangan. Sedangkan dokter dan suster yang menangani Sena didalam yang terus berteriak bahkan beberapa vas bunga yang berada diatas nakas terdengar pecah Karna dibanting oleh Sena.

SKAVA {ON GOING}Where stories live. Discover now