EMPAT PULUH SEMBILAN

9.6K 531 32
                                    

SKAVA: VOTE DULU!

***

Didalam Kamar bernuansa Putih Vera menerjapkan Matanya berkali-kali. Ia melihat sekelilingnya tempat yang sama sekali tidak pernah ia ketahui. Mengingat Bahwa dirinya tertabrak oleh sebuah mobil saat dirinya melarikan diri, Ia mengingat kejadian dimana dirinya tertabrak saat itu. Dan sekarang Vera tidak Mengetahui Keberadaan dirinya dimana saat ini. Berada diruangan yang bernuansa Putih tempat yang sama sekali ia tidak ketahui.

"Sialan, Dimana gue!" Desis Vera lalu berusaha beranjak dari tempat tidurnya. Ia melepaskan Infusan yang ada ditangannya dengan mudah.

"Akhh ..." Vera menekan Perutnya Karna Merasakan sakit yang amat luar biasa.

Vera berusaha Berfikir Positif mengingat dirinya yang juga sedang hamil. Ia menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin bukan jika janinnya gugur?

Suara langkah kaki memasuki kamarnya terdengar jelas. Ada seseorang yang berjalan menuju arahnya. Vera langsung melihat kearah sumber suara itu dan betapa terkejutnya ia Melihat sang Papahnya yang berada disini.

"Ternyata sudah sadar Kamu." Ucap laki laki paruh baya dengan kaca mata yang berada di pangkal hidungnya.

Vera berusaha menahan amarahnya. Ia tidak suka bertemu dengan Arga- selaku Papahnya satu-satu orang tua yang saat ini ia punya. Masih ingat dengan Arga?

Betul. Vera adalah anak dari Arga dan Juga Devina, Vera sedari masih kecil Hanya tinggal berdua bersama Dengan Arga tidak dengan Devina yang meninggalkan sejak masih ia berumur tiga tahun. Arga yang sibuk dengan pekerjaannya selalu pergi untuk berbisnis diluar negri membuat Vera benci dengannya. Arga selalu mengatur hidup dirinya ia tidak suka dengan itu. Yang selalu diatur-atur.

"Kenapa kamu tidak memberitahu papah tentang kehamilan kamu Vera?" Tanyanya dengan nada dingin.

Vera tersenyum kecut. "Harus? Apa Vera harus kasih tau semua ini sama Papah?" Balas Vera Seperti menantang.

"Saya ini orang tua kamu, sudah seharusnya saya mengetahui semua tentang kamu Vera!" Ucap Arga dnegan nada Meninggi.

Vera memutar bola matanya Malas. "Orang tua apa yang rela ninggalin anaknya keluar negri dan jarang Pulang."

Arga menghembuskan nafasnya secara kasar. Anaknya ini memang keras kepala. "Papah kerja ke luar negri untuk kamu Vera, semua ini untuk kamu Juga nantinya. Coba kamu ngertiin Papah sekali saja." Mohonya.

Vera menatap Arga tajam. "Apa pernah papah ngertiin Perasaan aku? yang ada juga aku yang selalu ngertiin Papah!"

"Jaga omongan kamu Vera! Papah melakukan semua demi kamu, demi masa depan kamu juga."

Vera berusaha menahan sesak di dadanya. "Masa depan? Masa depan apa lagi Pah? Masa depan Vera udah hancur! Itu semua Juga karna Papah yang harus buang aku ke laki laki brengsek yang lebih sialnya sekarang aku lagi ngandung anak dia pah!" Desis Vera air matanya Ikut turun Karna terlalu menahan sesak di dadanya.

Arga menggelengkan kepalanya Sebenarnya ia tidak pernah membuang anak semata wayangnya itu ke laki-laki lain. Hanya saja Vera salah Paham dengan semuanya.

Flashback on

Jleb.

Vera berhasil menusukkan Pisau yang ia pegang ke bagian belakang Sena. Ia terlanjur melakukan semua itu. Dan juga suara sirine polisi terdengar cukup jelas. Vera tampak berfikir keras ia tidak ingin. Dirinya dipenjara setelah melakukan semua ini. Vera melihat kearah jendela yang terbuka, otaknya berfikir ia segera kabur dari tempat kejadian itu.

SKAVA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang