TUJUH PULUH SATU

5.4K 145 116
                                    

SKAVA: VOTE DULU!

Tarik nafas, Buang....

Pelan-pelan pak sopir bacanya!🕺 💃

****

Skava masih tetap memandang wajah perempuannya sudah dari tadi semenjak ia datang Sena belum juga membuka matanya. Ia tetap menunggu seraya mengelus lengan lembut itu.

Ia tersenyum wajah Sena sangat cantik, muka yang terlalu lembut jika ia pegang. Skava mengelus dan menoel-noel  pipi wanitanya itu. Lembut sangat lembut. Lalu tangannya bergerak kearah bibir pucat khas Sena.

Cup

Skava sadar apa yang ia lakukan ia telah mencium Sena barusan. Setelah apa yang ia lakukan tadi membuat Sena bergerak bebas. Sena telah sadar.

Sena merasa apa yang ia rasakan beberapa detik yang lalu. Seseorang mengecup bibirnya. Ini bukan mimpinya.

Skava pun tersenyum lebar ia membangunkan Sena dengan menjaili permukaan wajah wanitanya.

"Kak...?"

Sena segera menghambur meminta pelukan lelaki yang kini sudah berada dihadapannya. Ia sangat merindukan Skava. Sungguh

Skava dengan sigap menerima pelukan yang ia rindukan lama. Ia dapat melihat Sena yang terus memeluknya tidak menyangka akan kehadirannya yang tiba-tiba.

Sena melepaskan pelukan kerinduan itu lalu tangannya bergerak menangkap rahang tegap Skava.

"Ini bukan mimpi aku kan,"

Bukan hanya sekedar bunga tidurnya lagi. "Hahh benar kan? Ini bukan mimpi, kamu udah balik lagi!" serunya senang namun air matanya tak bisa ia pungkiri untuk tidak keluar.

"I miss you."

Cup

"Maaf gue terlambat, gue baru bisa balik sekarang setelah semuanya terjadi gitu aja Sen." ucap Skava penuh penyesalan didalam dirinya.

Sena menggeleng sekali. "Kenapa... Kenapa Opa bawa kamu pergi? k-kenapa dia tega ngelakuin semua ini hiks...."

Skava segera menenangkan Sena ia tahu Sena terpuruk setelah apa yang terjadi sebelumnya. Ia tahu perasaan wanita itu ditinggalkan olehnya secara tidak ada kabar. "Jangan nangis gue udah ada disini. Lo tau kan gue paling benci liat lo nangis?"

Sedangkan Sena tidak bisa menghentikan tangisannya itu ia berusaha menahan namun tetap saja.

"Kamu gak tau apa yang aku aku rasain sekarang. Sesak kak. ditinggalin kamu secara tiba-tiba, gak ada kabar. Bahkan kamu? Gak bisa hubungi sama kita semua yang ada disini! Kamu kira enak ditinggal sendiri? Aku khawatir sama kamu." Itulah sesak di dadanya kini ia keluarkan suara dan unek-unek nya dihadapan Skava.

Sena mengatur nafasnya. Lalu memukul dada bidang lelaki itu. "Aku takut... Takut kamu gak bakal balik lagi kak... Hiks, Kamu pergi dalam keadaan kritis kan? Opa bawa kamu secara diam-diam. A-aku takut kamu gak bakal balik lagi... Aku takut semua hal buruk yang ada diotak aku beneran terjadi... " Skava menggeleng menghentikan ucapan Sena yang membuatnya semakin panas dan sesak mendengar semua itu beserta tangisannya.

SKAVA {ON GOING}Where stories live. Discover now