EP.1 | Part 2

938 75 4
                                    

Malam hari saat Pran sedang membuang sampah ke depan rumah, Pat kebetulan baru kembali dari membeli es krim. Mereka bertemu dan saling adu pandang. Mata galak Pat bertemu dengan mata tenang Pran.

Pat menyesap es krim cokelat di tangannya dengan santai. Pran nyaris tak menghiraukannya dan akan kembali masuk ke dalam rumah saat si mata galak itu akhirnya memulai percakapan.

"Hei. Tempat sampahmu melewati batas." Katanya sambil menunjuk posisi tong sampah kuning milik keluarga Pran dengan tangan yang memegang sebatang es krim cokelat. "Kau melakukannya dengan sengaja, kan?" Kata Pat menendang tong sampah merah milik keluarganya yang bergoyang menyentuh tong sampah keluarga Pran.

"Melakukan apa?" Tanya Pran tak mengerti.

"Ada banyak Universitas untuk dipilih."

Pran membelalakkan matanya dan tertawa kecil. "Jadi, kau pikir aku mengikutimu untuk kuliah di sana?" Pran membalas menendang tong sampah kuning milik keluarganya yang juga bergoyang menyentuh tong sampah keluarga Pat.

"Apakah ada hal yang keluarga kami lakukan, yang tidak diikuti oleh keluargamu?"

Pran emosi. Pat juga emosi. Kali ini mereka berdua berusaha menendang tong sampah milik keluarga masing-masing secara bersamaan. Tong sampah merah dan kuning itu kemudian saling beradu maju dan mundur. Keduanya tak ada yang mau mengalah. Hingga Pat menendang tong sampah merahnya sekuat tenaga. Beruntung Pran memiliki keseimbangan yang baik sehingga tong sampah kuningnya bertahan berdiri di tempatnya. Sementara milik keluarga Pat terguling jatuh dengan kondisi tutup terbuka.

"Beresin, tuh. Kotor." Kata Pran datar sebelum kemudian melangkah masuk kembali ke rumah, meninggalkan Pat yang masih mengunyah sisa es krim cokelat di tangannya. Mau tidak mau mengembalikan tong sampah merah besar itu ke tempatnya semula. Ia bahkan sempat menendang tong sampah itu sekali lagi sebelum masuk ke rumah karena kesal.

***

Di kamar Pat, Pha yang sedang membereskan baju kotor Pat mulai mengomel. "Kak Pat benar-benar menyebalkan. Kenapa dia tidak bisa memasukkan baju-bajunya ke dalam keranjang?"

Tidak lama setelah Pat kembali ke kamar, Pha sedang memegang celana boxer garis-garis biru muda di tangannya. "Tidak bisa kah kakak mencuci boxer kakak sendiri? Mencuci kaus kaki mu saja sudah cukup menjijikkan."

"Bagus. Cuciin ini juga untuk kakak." Pat justru menanggapi celoteh adinnya dengan melepaskan kemeja kuliah yang ia kenakan dan melemparkan ke keranjang baju kotor yang sedang dipangku adiknya di atas tempat tidur.

"Sial." Pha semakin kesal. "Aku harap itu tidak terlalu buruk," kata Pha saat ia mengamati noda di bagian dada kemeja kotor Pat itu.

"Oh, itu buruk! Tidak bisa kah kau melihat jejak kaki itu di baju kakak?"

"Aku tidak sedang membicarakanmu, kak. Maksudku kak Pran." Kata Pha mengoreksi Pat yang salah tangkap.

"Ih. Kamu ini sebenarnya adik kakak atau adik dia, sih? Hah? Pran, Pran, Pran, Pran." Sekarang giliran Pat yang mengomel sambil duduk di bangku hitam di hadapan adiknya, membelakangi jendela kamar.

"Aku pun ingin menanyakan pertanyaan yang sama juga untuk kakak. Hari itu, apakah aku benar-benar adikmu?" Tanya Pha sedikit menantang kakaknya.

"Perhatikan kata-katamu. Inilah sebabnya mengapa tak ada yang peduli padamu." Pat mulai tersinggung akan kata-kata adiknya.

"Tentu saja. Lebih baik kita membicarakan tentang kakak. Kalian telah berpisah selama tiga tahun, tapi akhirnya dipertemukan kembali. Ini tuh disebut belahan jiwa."

Pat menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lebih seperti musuh!" Tegasnya mengoreksi komentar adiknya.

Pha mendesah lalu bangkit hendak keluar kamar bersama keranjang penuh baju kotor milik Pat, namun ia teringat sesuatu dan berbalik.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now