EP.7 | Part 4

364 31 0
                                    

Pran tidak bisa berhenti mengkhawatirkan Pat. Pertemuan mereka tadi malam tidak berakhir baik. Akibatnya, Pran tidak bisa memfokuskan konsentrasinya pada latihan drama hari ini.

"Pran. Pran. Hei, Pran!" Kak Toto akhirnya menepuk bahu Pran sehingga pemuda itu terkejut dan menoleh.

"Eh. Ya, kak?"

"Kau bisa mulai berlatih dengan lagu-lagunya sekarang."

"Oke, baiklah. Mari kita istirahat 5 menit, ya. Kemudian kita akan melakukan pemanasan vokal bersama." Pran mulai memberiakan pemanasan kepada para pemain.

Beberapa pemain mulai meninggalkan panggung saat seseorang justru datang menghampiri Pran.

"Baiklah, aku akan pergi untuk hari ini saja, ya?" Chart meminta izin tapi sebenarnya tidak benar-benar membutuhkan izin.

"Kau mau pergi kemana lagi?" Pran sudah muak dengan cara pemuda ini bekerja.

"Aku ada acara yang harus dihadiri. Aku dibayar di sana. Oke, ya?" Tanpa menunggu jawaban Pran, Chart segera berbalik dan bersiap melangkah pergi.

"Sial, jika kau tidak siap untuk ini, berhenti saja. Tidak akan ada yang menghentikanmu." Pran sedang tidak berada dalam suasana hati yang baik, Chart malah memancing emosi.

Pemuda itu kembali menghampiri Pran dan menyunggingkan senyum merendahkan. "Apakah menurutmu sutradaramu bersedia mencari aktor baru dalam waktu singkat ini?"

"Dan apakah kau pikir kami tidak dapat menemukan seseorang yang lebih bertanggung jawab dari pada kau di universitas ini?"

"Kita lihat saja, apakah dia menggantikanku, atau pria musik baru ini." Chart menepuk bahu Pran dengan lancang, yang tentu saja segera ditepis dengan kasar oleh Pran. Pran bahkan mendorong dada pemuda itu dengan tatapan siap tempur.

"Pran. Pran. Pran. Apa yang kau lakukan?" Kak Toto dengan sigap memisahkan mereka. Menarik mundur tubuh Pran yang sudah menegang. "Tenanglah."

"Apa yang akan kamu lakukan, kak Toto?" Tanya Chart sama sekali tidak merasa bersalah.

***

Jika bukan Chart yang akan berperan sebagai Riam, Pat lah satu-satunya harapan yang bisa menggantikan. Dan Pran adalah satu-satunya orang yang akan bicara padanya. Malam ini ia menunggu Pat di rooftop, masih dengan pakaian kuliahnya tadi siang.

"Kau menipuku untuk melakukan apa lagi sekarang?" Pat belum benar-benar sampai di hadapan Pran saat dia sudah memulai bicara.

"Ayolah, aku tidak selalu bermain-main denganmu. Aku cuma mau bertemu denganmu." Pran bicara dengan menyimpan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Oh, ya?" Pat mulai tertawa penuh makna. Satu tangannya berada di pinggang, sementara satu tangan lainnya memegang pinggiran pagar pembatas rooftop. "Jika orang itu tidak berhenti dari drama, apakah kau masih ingin bertemu denganku?"

Pat sama sekali tidak membuang waktu untuk basa basi. Pran seketika kehilangan senyumnya. Ia menghela napas, tak bisa mengelak, apa yang dikatakan Pat memang benar. "Baiklah. Kak Toto mau aku untuk memintamu kembali bermain di drama itu."

"Terus kenapa aku harus melakukannya?" Pat sama sekali tidak main-main.

"Oh, kau tidak mau mengalahkanku lagi?"

"Maksudmu, jika aku kembali mengambil peran itu, kau akan mengakui perasaanmu untukku?"

Pran mencebik dan mengangkat bahu. "Apakah kau setuju untuk itu? Kalau begitu kau akan menang."

Pat terkekeh dan menggelengkan kepalanya tak percaya. "Semudah itu?"

"Kau terlalu banyak berpikir." Pran mengeluarkan satu tangannya dari saku celana dan berpindah ke pagar pembatas. "Kau dan aku sama-sama bungkam. Kita tidak akan pernah mengungkapkan perasaan kita jika tidak ada yang memaksa kita untuk melakukannya. Kau hanya kebetulan menang lotre kali ini."

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora