EP.10 | Part 1

376 21 0
                                    

Pha bersama kedua orang tuanya menyusuri lorong rumah sakit untuk menjenguk Pat malam ini.

"3108." Pha yang berjalan lebih dulu menunjuk nomor kamar pada pintu yang akan mereka tuju. "Yang ini, Pa."

Bertepatan dengan itu, pintu terbuka. Pran muncul dengan senyum yang perlahan memudar dari wajah tampannya. Adik Pat berdiri di hadapannya. Ibu dan Ayah Pat mengapit gadis mungil itu dan memandang kehadirannya dengan mata terbelalak penuh tanya.

Pran berbalik untuk masuk kembali ke kamar, tapi Pat ada di dalam. Tidak. Ia tak mungkin melakukan itu. Itu lalu berbalik menghadap keluarga Pat lagi dan memberikan salam dengan canggung.

"Selamat malam." Pran menangkupkan kedua tangannya dan menggangguk sopan, lalu segera pergi dari hadapan mereka tanpa menoleh lagi.

Ayah Pat mengikuti langkah Pran dengan matanya tapi Pha berusaha mengalihkan. "Pa, Ma, ayo masuk."

Pha yang melangkah lebih dulu mencoba memberikan kode pada kakaknya dengan gerak bibir tanpa suara. "Kami baru saja bertemu kak Pran," katanya sembari menunjuk ke arah pintu. Pat melongo berusaha memahami maksud adiknya.

"Pa, Ma. Wadee." Pat menyapa orang tuanya lebih dulu.

Pha duduk di sebelah kiri Pat, sementara Ayah dan Ibunya berdiri di samping kanannya.

"Pat sudah menunggu kalian. Akhirnya Pat bisa pulang."

"Kenapa dia ada di sini?" Ayah Pat tak menghiraukan kata-kata putranya. Ia justru melempar pertanyaan yang sedari tadi mengganggunya dengan melipat kedua tangan di dada.

Pat memandang adiknya yang mulai bicara ragu-ragu. "Jadi, kami tadi bertemu kak Pran saat dia keluar dari ruangan ini."

"Jadi?" Ayahnya menunggu jawaban.

"Papa, rumah sakit ini dekat dengan universitas. Mungkin saja kak Pran masuk ke ruangan yang salah." Pha berusaha memberikan alasan yang mungkin masuk akal.

"Tidak mungkin. Jadi apa alasannya?!" Ayahnya tidak percaya.

Pat melihat adiknya lagi, Pha mulai bicara lagi. "Dia bisa saja salah kamar, Pa. Dia..."

"Tidak apa-apa, Pha." Pat yang melihat adiknya mulai kehilangan kata-kata akhirnya bicara.

"Jadi?!" Sang Ayah masih menunggu jawaban.

"Jadi, saat kami berkelahi, ada senjata tanpa izin yang tertinggal di tempat kejadian." Pat mulai menjelaskan. Dan polisi mengira itu milik Pat. Untungnya, teman Pran memiliki rekaman CCTV sebagai bukti. Jadi dia menyerahkannya untuk membantu Pat. Itu saja kok, Pa."

Ayah Pat membelalakkan matanya tak percaya mendengar penjelasan putranya. "Dia membantumu?"

"Lihat? Jika keadaan anakmu memburuk, itu sebagian salahmu ya, Pa." Ibu Pat mulai mengomeli suaminya yang memandang istrinya dengan wajah bingung.

Seperti tak bisa dipercaya anak tetangga itu mau membantu putranya.

"Pat sudah baik-baik saja sekarang, Ma. Ini hanya sedikit luka goresan."

Ayah Pat menyimpan kedua tangannya ke dalam saku celana lalu berbalik untuk duduk di sofa dengan canggung. Sementara sang Ibu mulai mendekat dan duduk di samping putranya.

"Bagaimana kabarmu, anak nakal Mama?"

"Pat baik-baik saja."

"Apa kamu yakin? Di mananya yang sakit?"

"Bukan apa-apa, sungguh."

"Yakin? Benar?"

"Kamu tidak akan mati kok, kak." Celetuk Pha.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now