EP.8 | Part 1

454 31 1
                                    

Sudah tak terhitung berapa malam Pat menginap di kamar Pran, bahkan sejak sebelum mereka menjadi sepasang kekasih. Sejak memiliki Pran sebagai kekasihnya, wangi tubuh Pran adalah satu-satunya bau yang paling Pat sukai. Ia bahkan sama sekali tidak keberatan jika bau itu menempel pada boneka kesayangannya. Seperti pagi ini, Nong Nao berada dalam pelukan Pran yang masih terlelap di tempat tidur.

Pran terbangun saat hidungnya mulai mengendus bau hangus. Ia seketika melepas Nong Nao dan berjingkat duduk. "Kebakaran?"

Mendengar suara kekasihnya yang sudah terbangun, Pat mengintip dari balik pintu lalu muncul dengan membawa nampan di tangannya. "Kebakaran di rumahmu, mungkin." Ia menyandarkan satu sisi tubuhnya ke bingkai pintu.

"Kalau rumahku terbakar, itu akan menyebar ke rumahmu juga." Sahut Pran mengulang kata-kata yang pernah Pat ucapkan.

"Itu leluconku. Kamu gagal." Pat nyengir lalu masuk menghampiri Pran di tempat tidur. "Ini, Tuan Parakul. Sarapan di tempat tidur. Bisakah anda memberi ruang untuk saya?"

Pran lalu menggeser tempat duduknya, memberi sedikit ruang untuk kekasihnya. "Apa yang merasukimu pagi ini?"

"Tidak ada apa-apa." Pat meletakkan nampan berisi sarapan ke pangkuan Pran dan duduk di hadapannya. "Aku hanya ingin melakukannya untukmu. Apakah kamu menyukainya?"

Pran mengernyit. "Huek! Kamu membuatku merinding. Bersikaplah biasa saja."

"Bangsat! Makan lah."

Pran menepuk satu sisi lengan Pat. "Terlalu kasar."

"Kalau gitu kamu mau aku gimana?" Pat bicara sambil sedikit terkekeh.

Pran tidak melanjutkan lagi. Ia merunduk dan mulai konsentrasi pada hidangan yang disiapkan Pat.

"Makan saja dan kemudian kita akan pergi ke latihan drama."

Pran hanya menjawab dengan satu anggukan. Sepotong sosis sudah menancap pada garpu di tangannya. Ia mengoleskan sedikit saus barbeque lalu mengambil satu gigitan.

"Gimana?"

"Ini cukup enak juga." Pran membolak balik setusuk sosis di tangannya. "Aku terkejut. Aku tidak berpikir seseorang yang begitu payah sepertimu bisa memasak juga."

"Ini kamu lagi menghina atau memuji aku?"

"Memuji loh. Makanlah kalau kamu nggak percaya." Pran mendekatkan setusuk sosis ke mulut Pat, tapi Pat menggeleng. "Ini enak."

Sempat ragu sesaat, Pat mulai mengambil satu gigitan, lalu dua gigitan. Pran tersenyum melihat tingkah kekasihnya.

"Enak, kan?"

"Enak," Pat mengangguk. "Karena aku yang masak."

Pran mengernyitkan hidungnya. "Seharusnya aku tidak memujimu."

Pat terkekeh sambil mengunyah. "Kalau begitu, bisakah aku mendapatkan hadiah sebagai gantinya?"

"Hadiah apa?"

Sambil masih mengunyah, Pat mulai memiringkan wajahnya hingga pipinya tepat berada di depan wajah Pran. Pat menggembungkan satu sisi pipinya dan menunggu kekasihnya mendaratkan bibirnya di sana.

Tapi Pran tidak akan memberikan hadiah semudah itu. Ia tersenyum penuh arti dan berkata, "Baiklah." Diusapnya satu sisi sosis yang berlumuran saus ke bibirnya. Pran menepikan nampan ke samping lalu bersiap untuk mendekatkan wajahnya ke pipi Pat. Pran melingkarkan kedua tangannya ke leher Pat. "Kemarilah."

Pat merasakan ada yang tidak beres. Ia lalu menoleh dan melihat bibir Pran yang penuh dengan saus sudah bersiap untuk menciumnya. "Hei. Hei!"

"Hadiahmu." Pran mengerucutkan bibirnya bersiap untuk mengecup. "Ambil hadiahmu."

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang