EP.12 | Part 2

374 22 0
                                    

Malam ini Pat mengenakan celana panjang putih dan kaos abu-abu polos dibalut kemeja hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang, membuat wajah tampan dengan mata galaknya terlihat lebih jelas. Pemuda jangkung itu melangkah memasuki gedung acara reuni dengan penampilan sempurna. Semua mata memandangnya, beberapa teman lama bahkan menyapa dengan menyebutkan namanya, yang hanya dibalas anggukan lambaian tangan oleh Pat.

Kakinya terhenti di depan sepetak papan berbingkai balon yang menempel di dinding berisi foto-foto kenangan semasa mereka sekolah dulu. Ada banyak cerita yang bisa dikenang dari berbagai adegan yang terekam di sana.

Pat mengerjap saat merasakan sebuah tangan menepuk sebelah pundaknya, ia segera berbalik untuk melihat siapa gerangan yang menghampirinya.

"Hai. Kenapa kau hanya berdiri saja di sini? Kenapa kau tidak masuk ke dalam?"

Pat tersenyum dan mengangguk lalu mempersilahkan temannya jalan lebih dulu, namun pemuda itu merangkul pundak Pat untuk berjalan bersama memasuki ruang acara.

"Oh iya, kau kejebak macet nggak?"

"Tentu saja, sangat sulit mendapatkan tempat parkir." Jawab Pat apa adanya.

"Sama saja sepertiku."

***

Ruang acara didesain dengan konsep café yang memiliki beberapa meja dengan empat kursi. Tersedia dua layar LCD di dua sisi, juga ada panggung lengkap dengan mikropon dan alat musik.

"Ini dia, silakan dimakan. Kenapa aku menjadi pelayan kalian di sini? Tidak bisakah kalian menggerakkan pantat kalian itu?" Seorang pemuda datang dengan dua piring makanan di tangannya dan duduk di meja tempat Pat dan satu orang temannya duduk. "Lihatlah dia. Terlihat sangat tampan sekarang. Dulunya, dia bahkan tidak pernah mandi saat ke sekolah."

"Aku?" Pat terkekeh. "Siapa yang bisa sebegitu joroknya?"

"Lah, kau lah." Sahut pemuda yang Pat temui petama kali tadi.

"Masa?"

"Kau selalu memasukkan upilmu itu ke mulut."

"Aku."

"Iya, kau lah."

Pat hanya menggelengkan kepalanya sambil tergelak.

"Oh iya, kau kerja apa sekarang?" Teman Pat yang tadi membawakan makan bertanya lebih serius kali ini.

"Aku menjalankan bisnis keluargaku. Meneruskan Ayahku. Penyedia bahan bangunan."

"Enak juga, ya. Kau tidak perlu repot-repot untuk mencari pekerjaan."

"Sebenarnya ada baik dan buruknya kok."

Pat sedang mengunyah makanan saat temannya yang lain memperingatkan.

"Hei, musuh lamamu ada di sini."

Pat menoleh ke arah pintu masuk dan melihat seseorang yang pernah mengisi seluruh relung hatinya berdiri di sana. Pran datang.

Keduanya saling melempar pandang, tak berkedip, tak berpaling, terjadi selama beberapa detik sebelum seseorang memanggil dan mengajak Pran untuk bergabung.

"Hei, Pran. Kemarilah."

Pran menghampiri meja yang terpisah pilar dengan meja Pat. Tapi dari tempat duduknya, Pat masih bisa melihat setiap pergerakan Pran dengan sangat jelas.

"Kau terlambat. Apa kabar? Sehat?"

"Sehat, kapan kalian berdua sampai?"

"Sudah dari tadi. Kami sudah menunggumu cukup lama, kau tahu nggak sih?"

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now