EP.3 | Part 1

424 35 0
                                    


Di ruang kelar Arsitektur, Pran sedang menggoreskan pensil membentuk seraut wajah dengan mata galak di atas kertas. Ia meletakkan satu tangannya yang tidak digunakan untuk menggambar untuk menyangga kepalanya yang terlihat berat. Pran seperti orang yang sedang banyak pikiran. Wai yang baru saja datang diam-diam mengintip dari belakangnya dan tersenyum.

"Hei, pelan-pelan, sob." Katanya pada Pran yang terlihat frustasi.

"Sial. Ini susah banget. Aku penasaran bagaimana Fongbeer melakukannya? Satu jam untuk satu lagu." Pran sedang mengomentari seniornya yang sangat baik dalam bermusik.

Wai duduk di meja yang digunakan Pran untuk menggambar. "Ya, karena kau hanya menggunakan kepalamu. Sesekali, kau harus menggunakan hatimu. Keluarkan perasaanmu."

Kata-kata Wai terdengar ada benarnya. Pran mulai memikirkannya.

"Kau lihat kak Pat Klear sebagai contohnya. Dia menceritakan kisah hidupnya melalui lagu. Dan semuanya fantastis." Wai berpindah duduk di hadapan Pran sekarang.

Pran menyeringai dan menggelengkan kepalanya. "Hidupku tidak berwarna seperti milik kakak itu, Wai."

"Aku pinjam ini, ya." Wai mengambil pensil warna milik Pran.

"Ya."

"Coba kau ingat-ingat yang benar. Apakah kau tidak pernah naksir seseorang dengan diam-diam sebelumnya?"

Pertanyaa Wai kali ini membangkitkan memori masa lalu Pran saat duduk di bangku sekolah bersama Pat. Kala itu ia sedang berlatih gitar di studio musik saat tangannya terluka akibat senar gitar.

"Sial!" Pran menghisap telunjuknya yang terluka.

Di saat yang bersamaan, Pat masuk ke studio musik untuk berlatih drum. "Kau kenapa?"

"Aku lupa membawa pick gitarku."

"Berikan aku kartu pelajarmu," kata Pat sambil bertolak pinggang.

"Buat apa?"

"Cepatlah, kemarikan," kata Pat mengulurkan tangan kanannya kepada Pran.

Dengan ragu-ragu Pran akhirnya memberikan kartu pelajarnya. Pat tergelak sesaat ketika melihat foto Pran di tangannya. Ia lalu membawa kartu pelajar itu dan mencari sesuatu dari atas meja. Pat menemukan gunting dan bersiap akan memotong kartu pelajar Pran.

"Hei. Hei. Kau mau ngapain?" Pran sontak berdiri menghentikan aksi Pat yang tak masuk akal.

"Ya, mau buatin kau pick gitar lah." Jawab Pat santai tanpa rasa bersalah.

"Sial. Kau gila, ya? Ini kartu pelajar aku loh." Pran segera merebut kartu pelajarnya dari tangan Pat dan mengembalikannya ke dalam tas.

"Lah." Pat hanya terdiam melihat Pran yang khawatir selama beberapa detik. Ia kemudian mengambil kartu pelajarnya sendiri dari dalam tas dan segera mengguntingnya.

"Lah, hei!" Pran nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Pat memotong habis kartu pelajarnya, hanya menyisakan bagian foto dirinya membentuk pick gitar. "Aku mau kartu yang baru. Aku terlihat aneh di sini," lanjutnya.

"Kau sudah gila, ya?"

Pat mengangkat pick foto hasil buatannya dan tertawa sendiri. Ia lalu menyerahkan hasil karyanya itu kepada Pran. Sementara Pran hanya memandanginya, sangat ragu untuk mengambil. Pat lalu meletakkan pick foto itu di samping tempat Pran duduk. "Satu-satunya pick tampan di dunia," katanya penuh percaya diri.

Pran akhirnya mengambil pick foto Pat dan memandanginya sambil tersenyum membayangkan tingkah si pembuat.

"Lah, ngelihatin apa? Ayo mainkan," kata Pat membuyarkan pandangan Pran. Ia sudah siap duduk di bangku drum dengan stick drum di kedua tangannya.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now