EP.12 | Part 1

346 19 1
                                    

4 TAHUN KEMUDIAN


Tut. Tut. Tut.

Dering alarm pagi membangunkan Pat yang terlelap di atas tempat tidur nyaman berbalut selimut. Tak butuh lama baginya kembali dalam kesadaran penuh untuk menggosok-gosok hidungnya dan duduk. Kamar mandi jelas menjadi tujuan utama setelah bangun tidur untuk membersihkan diri. Pat memandangi pantulan dirinya di cermin yang sedang menyikat gigi dengan bertelanjang dada. Selembar handuk melilit tubuhnya dari bagian perut hingga lutut.

Di belahan negara lain, Pran juga sedang memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Selembar handuk melingkar di lehernya, menutupi sebagian dadanya yang putih bersih. Usai menyikat gigi, ia merapikan rambut lurusnya dan tersenyum menampakkan lesung pipi imutnya.

Rutinitas Pran setelah bangun tidur tidak berbeda jauh dari semasa kuliah dulu. Setelah bangun tidur dan mandi, jika dulu ia sarapan lalu berangkat kuliah, sekarang Pran menikmati kopi pagi sambil memandangi bangunan kota Singapore dari balik jendela Apartemennya sebelum berangkat kerja.

Sebenarnya sejak masa kuliah Pran memang sudah terbilang seorang pecinta kopi, tapi semakin dewasa, kopi menjadi lebih sering menjadi temannya baik saat di Apartemen, di luar, atau di kantor seperti saat ini. Di sela membereskan pekerjaannya, Pran menelan beberapa teguk kopi yang tersedia di meja kerjanya.

"Come on, it's Friday. What is our plan?" Seorang lelaki berambut pirang menepuk pundah Pran yang baru saja menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"If I finished work early, maybe."

"Let's go for a party. My boss told me if I come with my date, he will give a bottle of wine. And I think I'm gonna find a fake one. And I need some help"

"Umm. I think I'm gonna go alone. Thanks." Sahut Pran menolak dengan sopan.

"Okay. No problem, up to you."

"See you, Max."

"Yeah, see you."

Sepeninggalan rekan kerja berkacamata itu, Pran kembali melanjutkan pekerjaannya sembari sesekali menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi untuk meregangkan otot.

***

Sementara itu di kota Bangkok, Pat pun menjalani kehidupannya sebagai seorang pebisnis muda, meneruskan bisnis konstruksi milik Ayahnya. Pat bertanggung jawab dalam kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan bahan-bahan material dari tokonya. Seperti saat ini, Pat baru saja menangani kerja sama dengan perusahaan LogTech tempat sahabatnya bekerja.

"Terima kasih telah menggunakan jasa kami, Tuan Pelanggan." Terima kasih Pat tak lain adalah untuk sahabatnya sendiri semasa kuliah, Korn. Ya, meski 4 tahun telah berlalu, mereka masih berhubungan baik entah itu untuk urusan pekerjaan maupun di luar pekerjaan.

"Astaga, sama sekali tidak masalah. Bagaimana pun, bagi-bagi saja komisinya padaku, 20% saja sudah cukup kok."

"Satu-satunya hal yang aku miliki untukmu hanyalah amplop sumbangan, mau?"

"Tidak mau! Kau lebih baik memberikannya pada Arsitek itu." Korn menunjuk seseorang berpakaian kemeja lengan panjang rapi dengan menenteng selembar dokumen dan tas kerja yang melingkar di pundaknya. "Lihat dia, dia begitu religius dan sangat sopan sekarang."

Tak jauh dari tempat Pat dan Korn berdiri, Wai tampak sedang berbincang dengan Pimpinan LogTech sambil melangkah keluar gedung.

"Selamat tinggal, Pak." Wai berpisah dengan pria itu dan bergabung bersama Pat dan Korn.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now