EP.6 | Part 1

567 25 0
                                    

Pran terbaring di tempat tidur asramanya memandangi langit-langit kamar. Jemarinya mulai meraba bibirnya sendiri, seperti tak percaya dengan apa yang terjadi di antara dirinya dan Pat. Pemuda itu menciumnya. Mereka berciuman. Apa yang mereka berdua miliki, apakah mungkin? Baru membayangkannya saja sudah terasa mengerikan bagi Pran. Bahkan sekedar untuk berandai-andai pun Pran tidak berani melakukannya.

Tok. Tok. Tok. Tok.

Pran tahu milik siapa nada ketukan itu. Terdengar suara kenop pintu diputar, tapi tidak terbuka. Pran mengunci pintunya. Dari tanda sadsmile yang tergantung di gagang pintu, Pat bisa melihat senyum itu sedang mengarah ke bawah, Pran sedah dalam keadaan tidak baik-baik saja. Pat sangat ingin menemuinya dan bicara dengannya. Tapi si pemilik kamar tak kunjung membukakan pintu untuknya.

"Hei." Pat bahkan mencoba memanggilnya. Ia mengetuk pintu lebih keras kali ini, tapi Pran tetap bergeming dari tempat tidurnya.

BRAK!

Dari dalam kamar, Pran bisa mendengan Pat memukul pintu kamarnya dengan kesal. Pemuda itu pasti sudah pergi sekarang. Pran menghela napas dan meletakkan kedua tangannya di bawah kepala di atas bantal.

***

Keesokan harinya tim fakultas Teknik dan Arsitektur berkumpul bersama dosen penanggung jawab untuk melakukan peresmian halte bus baru yang telah selesai dibangun.

"Ayo, kumpul semuanya." Teriak pak dosen mengarahkan para mahasiswanya yang terlibat dengan pembangunan halte.

"Wadee khrap."

"Wadee."

Dua orang dosen penanggung jawab dari kedua fakultas saling memberi salam.

"Ini sangat bagus," dosen perwakilan Arsitektur berjas itu segera memuji.

"Ya, ini sangat bagus." Sahut dosen Teknik menimpali.

"Mari kita foto bersama dulu, ya." Ink mulai mengarahkan dengan kamera yang sudah siap untuk memotret di tangannya. Kelompok Fakultas Arsitektur berada di sebelah kanan, sementara Fakultas Teknik di sebelah kiri. Mereka mengapit kedua dosen penanggung jawab di tengah-tengah. "Tolong lebih dekat. 1, 2, 3."

Dari arahnya berdiri, Pat bisa melihat Pran yang berdiri dengan pandangan lurus ke kamera. Tapi setelah jepretan pertama, Pat menoleh lagi dan mendapati Pran sedang melirik ke arahnya. Mata mereka bertemu sesaat sebelum Pran kemudian memalingkan pandangannya.

"Bisakah kita foto lebih ceria?" Tanya dosen Teknik dengan semangat.

"Tentu. Berikan senyum tertampan kalian." Kata Ink menimpali.

"Oke. Senyum lebih ceria." Bisik pak dosen. "Saya bisa melakukan lebih baik dari orang-orang ini."

Ink tergelak sedikit menanggapi dosen penanggung jawab yang tampak energik.

"Oke. 1, 2, 3." Ink mengambil satu jepretan lagi. "Oke, foto grup sudah selesai."

"Baiklah, terima kasih semuanya. Ini selesai dengan baik." Lelaki berjas itu mulai bicara. "Pimpinan proyek."

"Ya, pak." Pran yang berdiri tepat di sebelahnya mengangguk sopan.

"Katakan sesuatu. Atau jika kamu ingin memaki siapapun di sini, silakan. Profesor mengizinkanmu." Lanjutnya disambut tawa riuh pada mahasiswa.

"Baiklah, sebagai pemimpin proyek ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada semua orang yang telah menjadi bagian dari kesuksesan ini. Dan saya berharap proyek ini dapat mengakhiri konflik antara dua fakultas. Dan juga terima kasih kepada pihak Logtech atas bantuan sponsornya." Pran mengakhiri kalimatnya dan disambut teput tangan oleh para mahasiswa di sana.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now