EP.6 | Part 4

370 27 5
                                    

Di kamar rumah Paman Tong, Pat berjalan mondar mandir dengan ponsel di tangannya sambil memikirkan apa yang akan ia lakukan. Ia memiliki firasat teman-teman Pran akan melakukan sesuatu padanya. Pat harus mempersiapkan diri untuk melakukan perlawanan. Meskipun ia jelas kalah jumlah, tapi ia tak boleh menyerah.

***

Sementara itu di meja makan, Pran berhasil menahan teman-temannya untuk kembali duduk bersamanya.

"Pran, lihatlah apa yang dia lakukan. Kita harus memberinya pelajaran." Wai tetap pada pendiriannya untuk menyerang Pat malam ini.

"Ayolah, teman-teman. Tapi kita sedang berada di kamp sukarelawan loh." Pran mencoba mengingatkan.

"Kami akan melakukannya dengan tenang. Tidak ada yang perlu tahu."

"Kalian bisa tunggu dulu sampai kita kembali. Kau bisa berurusan dengannya nanti."

"Hei, Pran. Bolehkan aku bertanya sesuatu?" Louis menyela percakapan Pran dan Wai. "Kau ini sebenarnya berada di fakultas mana, sih? Kenapa kau harus selalu melindunginya?"

"Tidak." Pran mencoba mengelak.

"Jujur saja, ya. Bukan hanya Wai yang bisa merasakannya. Kami semua berpikir kau memihaknya." Louis mengutarakan semua pemikiran teman-temannya.

Pran tidak pernah memikirkan bahwa dirinya akan semudah itu terbaca oleh teman-temannya.

***

Tok. Tok. Tok.

Pat mendengar suara ketukan di pintu kamar. Ia menjatuhkan ponsel dari tangannya ke atas tempat tidur. Pat menyingsingkan lengan bajunya, bersiap untuk menghadapi lawan di balik pintu.

***

"Apakah ada sesuatu yang terjadi antara kau dan Pat yang tidak kami ketahui?"

Pran tidak mempersiapkan jawaban atas pertanyaan yang keluar dari mulut Wai. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Wai tidak mau menunggu lagi, ia lalu bangkit berdiri diikuti ketiga temannya.

"Teman-teman, ada sesuatu yang harus aku akui." Pran menghentikan langkah teman-temannya yang belum jauh.

***

Tok. Tok. Tok.

Pat menghela napas panjang dan membuka pintu dengan satu tangan mengepal bersiap melayangkan tinju.

"Oh, Junior?" Pat mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan tangan yang tadi mengepalkan tinju.

"Santai saja, kak. Nih, paman meminta saya untuk membawakan obat nyamuk untuk kakak."

"Terima kasih banyak, ya, Ju." Pat mengambil obat nyamuk dari tangan Junior. "Waktunya tidur, selamat malam." Pat mengusap kepala anak laki-laki di hadapannya sebelum anak itu pergi meninggalkan kamar tempat ia tidur malam ini.

***

"Benarkah, Pran? Ini pertama kalinya kau menjalin hubungan? Oh, itu sebabnya kau tampak tidak menikmati perjalanan ini ya, sob?" Wai yang setengah mabuk mencolek dagu sahabatnya.

"Kau harus move on, sob. Move on, ya." Louis yang lebih mabuk mulai mengusap-usap satu sisi bahu Pran.

"Ya, kita sedang dalam perjalanan. Aku hanya tidak ingin membuat kalian khawatir dan merusak kesenangannya." Pran menghela napas berat. "Tapi, bagaimanapun aku telah menceritakannya. Kalau begitu, kalian semua harus tinggal bersamaku sepanjang malam."

"Bersulang!"

"Bersulang!"

Pran membuat teman-temannya minum banyak sampai mabuk, sementara ia membuang bir lewat sisi bahunya dan berpura-pura mabuk.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang