EP.3 | Part 2

309 32 0
                                    

"Itu saja untuk hari ini, sampai jumpa di kelas berikutnya." Ujar bu Dosen mengakhiri perkuliahan. Hari ini kelompok Pat dan Pran belajar mata kuliah umum di kelas yang sama.

"Selamat tinggal," jawab beberapa mahasiswa hampir bersamaan.

"Di mana kita akan makan hari ini?" Wai bertanya sambil meletakkan tas di pundak kanannya.

"Di mana saja boleh," jawab Louis sambil menekuk buku di tangannya.

"Restoran kari." Celetuk Safe memberi usul.

"Ayo pergi, aku lapar." Kata Wai tak sabar.

Pran masih membereskan buku-bukunya ke dalam tas ketika ketiga teman-temannya siap untuk melangkah keluar kelas.

"Kalian pergi saja duluan, ya. Aku akan mengerjakan anggaran halte, angkanya masih belum final." Kata Pran kemudian sambil berdiri dan meletakkan tas biru dongker dengan tulisan huruf P di pundaknya.

"Biarkan aku membantu." Wai mencoba menawarkan bantuan.

"Tidak perlu. Kau pergi saja bicara dengan Ikatan Mahasiswa. Mereka mungkin bisa membantu." Usul Pran sambil menepuk punggung sahabatnya itu. Mereka lalu jalan bebarengan keluar kelas.

Tak jauh di belakang mereka, Pat dan kelompoknya juga mulai melangkah meninggalkan kelas. "Ayo cepat," ujar Pat mengarahkan ketiga temannya berjalan melewatinya satu per satu. "Eh, kalian pergi saja duluan. Aku mau membahas tugas sebentar." Lanjut Pat kemudian memisahkan diri dari teman-temannya.

"Sampai ketemua lagi," jawab Chang memberikan salam perpisahan sebelum mereka benar-benar berpisah jalan.

Sementara itu di luar kelas, Pat diam-diam mengikuti langkah Pran yang sedang menuruni tangga. Setelah melewati satu belokan, Pat kehilangan jejak Pran. Ia terus melangkah menyusuri koridor gedung hingga tangan seseorang mencengkeram erat kerah baju kemejanya dan membawanya bicara ke dalam celah kecil yang hanya cukup untuk mereka berdua.

"Apa?" Tanya Pat tak mengerti.

"Sudah bersenang-senangnya?" Pran balik bertanya dengan tenang.

"Aku sudah menghapus videonya, ya."

"Kenapa kau memberitahuku?"

"Aku cuma mau membantumu."

"Kalau begitu, bisakah bantu dengan cukup jauh-jauh dariku?"

Pat menghela nafas pelan. Belum sempat ia menanggapi permintaan terakhir Pran, pemuda berlesung pipi itu sudah pergi meninggalkannya berdiri mematung sendirian. Namun sepeninggalan Pran, sebuah ide tiba-tiba muncul di kepala Pat. Pemuda berbadan tebal itu kemudian menyunggingkan senyum miring khas miliknya dan melangkah pergi.

Di perpustakaan kampus, Pran sedang duduk sendirian menghitung anggaran halte bus berikut daftar material yang dibutuhkan. Seseorang datang membuyarkan konsentrasinya. Pemuda itu muncul dan duduk di hadapan Pran membawa seringai andalan yang menyebalkan.

"Pat!" Pran berseru cukup keras sambil menggebrak meja karena terlalu kesal menghadapi pemuda di hadapannya. Ia bahkan lupa bahwa dirinya sedang berada di tempat orang-orang membutuhkan ketenangan untuk membaca atau belajar.

Pat meletakkan jari telunjuk di bibirnya sendiri seolah mengingatkan Pran agar tidak berisik. Pran lalu melihat sekelilingnya dan menganggukkan kepala perlahan tanda meminta maaf atas sikapnya.

"Apakah kau tidak mengerti apa yang aku katakana?" Pran kini bicara dengan nada yang lebih rendah namun tegas menatap pemuda di hadapannya.

"Hmmm?" Pat mengangkat alisnya, duduk lebih mundur ke belakang. Punggungnya kini menempel ke sandaran kursi. "Aku sudah 'jauh'." Kata Pat nyengir.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang