EP.11 | Part 4

390 17 2
                                    

Setelah lebih dari seminggu berusaha untuk bertahan di desa yang tenang, akhirnya tiba saatnya bagi Junior untuk menuruti ajakan Ibunya kembali ke kota. Paman Tong sudah siap melepaskan kepergian keponakan kesayangannya, tapi bocah laki-laki itu malah bersembunyi di sela-sela lengan Pran dan Pat yang ikut mengantarkannya sampai ke dermaga.

"Jadi bagaimana Junior? Kamu mau pulang atau tidak? Bagaimana? Kalau kamu tidak mau pulang, Ibu akan pulang saja." Sang Ibu mencoba meneguhkan hati anaknya sekali lagi, tapi putranya tetap bergeming. "Kak Tong, aku pergi ya. Selamat tinggal."

"Selamat tinggal, hati-hati di jalan." Paman Tong melepas kepergian saudara perempuannya yang segera berjalan menuju mobil. "Jadi, bagaimana keputusanmu? Ibumu sudah pergi, loh."

"Ibu." Junior akhirnya bersuara. "Ya sudah, saya pulang."

"Akhirnya." Sang Ibu menyambut pelukan dari belakang sang putra dengan menepuk-nepuk pipi gembulnya. "Baiklah, ayo pergi."

Baru saja sang Ibu membukakan pintu mobil, Junior berbalik dan berlari berhambur ke pelukan Pran dan Pat yang masih berdiri di dermaga.

"Ya, ampun. Kemarilah." Pat merengkuh dan mengusap-usap punggung Junior.

Sementara Pran membelai rambut anak lelaki itu. "Hei, kita akan bertemu lagi."

"Sampai jumpa kak."

"Sampai jumpa di Bangkok."

"Ketika saya bertemu kakak lain kali, kakak sudah harus menjadi nelayan yang lebih baik dari saya, ya."

Pat terkekeh mendengar kalimat Junior yang berlagak seperti orang dewasa.

"Paman Tong, saya minta maaf ya." Junior lalu menghampiri Pamannya.

"Maaf untuk apa? Huh, raja drama banget nih." Paman Tong mengalungkan kain kotak-kotak merah putih ke leher keponakannya. "Nah, ambil lah sebagai souvenir. Beri paman tos. Heiyaaa!"

Paman Tong menggoda Junior untuk yang terakhir kali dengan memberikan bidikan yang meleset pada tos lima jari mereka, membuat Junior tersenyum lucu sebelum benar-benar pergi meninggalkan desa.

"Selamat tinggal, hati-hati di jalan."

Paman Tong bersama Pat dan Pran saling melambaikan tangan mengiringi kendaraan roda empat yang mulai melaju. Pat melihat senyum getir di wajah Pran yang memandangi kepergian Ibu dan anak itu. Pran pasti sedang rindu Ibunya. Pat melingkarkan lengannya untuk merangkul bahu Pran dan mulai mengusap-usap lengan kekasihnya itu.

***

Sekembalinya ke penginapan, Pran membawakan dua lembar pakaian berwarna merah maroon dengan wajah sumringah kepada Pat yang sedang duduk di ruang tamu.

"Ta-da..."

"Dari mana kamu mendapatkannya?" Pat menerima selembar pakaian dari tangan Pran.

"Aku meminjamnya." Pran menjatuhkan dirinya, duduk di samping Pat. "Ini untuk bekerja di barnya Om Yod. Cobalah."

Pat mulai membuka satu per satu kancing kemejanya dan mencoba baju yang lebih pantas disebut seragam kerja itu.

"Lihat lah, pas banget di kamu." Pran memandangi Pat dengan pakaian barunya. "Gimana? Aku hebat, kan? Aku tahu itu pas untukmu. Kemarilah."

Pat mendekatkan dirinya agar Pran dapat membantu mengancingkan bajunya. Sementara Pran melakukannya, Pat memandangi wajah kekasihnya itu lekat-lekat. Belum sampai seluruh kancing terpasang sempurna, Pat sudah menggenggam jemari Pran yang seketika membuatnya menengadah ke mata Pat.

"Terima kasih, ya."

"Terima kasih untuk apa?" Tanya Pran menyunggingkan senyum ragu-ragu.

"Karena sudah mencoba membuat orang konyol seperti aku ini bahagia." Pat menunduk, menenggelamkan kedua tangan Pran dalam genggamannya. "Aku tahu kok, cepat atau lambat, bagaimanapun kita harus pulang. Aku tahu itu dengan baik. Aku hanya ingin tinggal selama yang kita bisa. Bersama denganmu, untuk setidaknya satu hari lagi."

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now