EP.2 | Part 2

374 39 2
                                    

Siang hari usai jam perkuliahan, Pran sedang menceritakan kisah pertukaran makanan dari layanan pesan antar miliknya dengan kamar di seberang tadi malam. Pran juga menunjukkan bingkisan makanan ringan lengkap dengan catatan kecil kepada teman-temannya di tempat makan.

"Pran, kalau seperti ini, menurutku seseorang sedang merayumu lah." Wai mulai menggoda Pran dengan memegangi bingkisan kecil yang tadi pagi ditemukan tergantung di depan gagang pintu asrama Pran.

"Ngerayu gimana, sih? Itu bisa jadi hanya cemilan untuk mengucapkan terima kasih." Pran berusaha tidak memikirkan perkataan Wai.

"Ah, ini bukan hanya cemilan biasa." Kata Louis menimpali.

"Terus cemilan apa?" Tanya Safe ikut-ikutan.

"Ini cemilan merayu." Cetus Louis dengan nada menggoda.

"Aihhh." Safe dan Wai mulai terkekeh ikut menggoda Pran.

"Tidak ada yang merayu siapa pun." Pat membuyarkan sorak sorai teman-temannya. "Tidak kah kau melihat ini imbuhan 'khrub' untuk laki-laki yang digunankan?" Pran menunjukkan tulisan tangan yang tertera pada selembar kertas kecil di atas bingkisan cemilan pangsit itu.

"Ya, kalau dia laki-laki memangnya kenapa? Seorang laki-laki tidak bisa merayumu?" Tanya Safe menganggap itu adalah sesuatu yang normal.

"Oh. Bagaimana jika kalian yang dirayu?" Pran memberikan serangan balik.

"Eh, kau salah tingkah, ya?" Safe tak mau berhenti menggoda Pran.

"Jujur saja, kau menyukainya, kan?" Goda Wai dengan senyum menyebalkan di wajahnya.

Pran tidak menjawab, ia berusaha mengendalikan senyum di wajahnya dengan membuah pandang ke luar jendela restoran dan menemukan Pat sedang duduk bersama kawanannya di smoking area. "Sungguh sangat melelahkan bagiku untuk menjadi setampan ini." Samar-samar Pran mendengar Pat sedang memuji dirinya sendiri yang langsung disambut tawa renyah oleh teman-temannya.

"Tidak ada soal rayu-merayu lagi, ya, bangsat. Mari kita kembali mengerjakan tugas kita." Ajak Pran mengakhiri pembicaraan.

"Tapi kau sudah pernah melihatnya secara langsung belum?" Di restoran bagian luar, Mo menanggapi cerita Pat tentang gadis dari kamar seberang yang mengirimkan tiga botol minuman teh hijau dengan catatan permintaan maaf tadi malam.

"Belum," jawab Pat santai sambil terkekeh.

"Kau mau memulai percakapan tetapi kau terlalu takut untuk menyapanya. Kau menginginkan satu hubungan tapi kau terlalu takut untuk memintanya." Kata Mo lagi dengan nada remeh.

"Hei. Untuk mendapatkan seorang gadis, aku harus lebih menawan dari itu." Kata Pat beralibi. Ia sedang mengendalikan senyum di wajahnya dan berpaling dari sorak sorai teman-temannya saat matanya menangkap Pran dan kelompoknya baru saja keluar dari dalam restoran yang sama dengannya.

"Eh, guys!" Pat segera membentangkan buku menu untuk mengalihkan perhatian teman-temannya agar tidak menyadari keberadaan Pran dan kelompoknya. "Aku punya ide untuk lagu baru kita. Lihat ini! Kari ayam, kari babi, kari udang, kari campur, kari sosis. Menurut kalian bisakah kita menulis lagu dari menu ini?"

"Kedengarannya agak terlalu kotor bagiku," jawab Chang menanggapi serius ide gila Pat. "Bagaimana?"

"Oh, mungkin kita bisa." Korn mendramatisir keadaan dengan meletakkan satu tangan di dadanya. "Kamu adalah resep terbaik Ibumu."

"Ngomong apa sih kau!" Kata Mo merasa Korn tak masuk akal. "Kau kenapa?"

Korn meletakkan wajahnya pada lengan Mo dan mulai pura-pura menangis terharu.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now