EP.7 | Part 3

286 23 0
                                    

Pha berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruang pertunjukan Fakultas Arsitektur. Ia harus segera mengantarkan pesanan kakaknya yang sangat penting. Tapi ia tak begitu memperhatikan jalan sehingga seseorang menabraknya hingga terjatuh di anak tangga paling bawah.

"Buru-buru banget, sih?! Bisa kali lihat-lihat dimana kau..." Wai tidak menyelesaikan kalimatnya saat Pha berbalik melihatnya. Baru pertama kalinya Wai melihat gadis cantik dan imut ini di fakultasnya.

"Saya minta maaf," kata Pha pelan sambil membenarkan tali tas di pundaknya.

"Apakah ada yang sakit, dek?" Wai merubah nada suaranya menjadi lembut dan penuh perhatian.

"Saya baik-baik saja. Maaf, apakah kamu tahu di mana audisi untuk drama Arsitektur berlangsung?"

"Oh, drama Arsitektur, ya? Adek lurus saja ke ujung lorong, lalu belok kiri." Wai memberikan arahan dengan tangannya. "Dek, maukah kamu memberikan kakak ID Line-mu..."

Belum selesai Wai melakukan langkah pertama pendekatannya saat Pha secepat kilat hilang dari pandangan. Gadis itu berlari dengan tergesa-gesa. Padahal Wai sudah menyiapkan ponsel di tangannya.

"Brengsek, dia imut banget!" Wai mengumpat pelan.

"Apa yang kau lakukan?!" Seseorang yang entah datang dari mana tiba-tiba berseru pada Wai. Dia adalah Korn, sahabatnya Pat. Ketua geng Teknik sialan itu.

Wai tidak meladeni, ia terlalu bahagia untuk ribut dengan Korn. Senyum terus mengembang di bibirnya sambil mengingat-ingat wajah imut Pha.

***

Sementara itu di ruang audisi drama Arsitektur, Pat mulai menaiki panggung dan bersiap untuk menunjukkan kemampuannya. Di depannya, duduk berderet empat orang juri yang memberikan penilaian dan memberi keputusan apakah seseorang akan lolos audisi atau tidak. Pran adalah salah satunya. Mereka sudah siap pulpen dengan kertas penilaian di tangan masing-masing.

"Bisakah saya mulai sekarang?" Pat mulai bicara dari atas panggung.

"Hei, kak. Tapi dia seorang mahasiswa Teknik, loh." Pran menginterupsi sebelum Pat diperbolehkan untuk menunjukkan bakatnya. "Dan tahun lalu, dia mengacaukan kamp kita juga."

"Tapi Teknik diperbolehkan untuk mendaftar juga." Pat mengingatkan dengan sopan.

"Dia benar juga." Kak Toto sang sutradara membelanya.

"Hei kak, tapi peran ini membutuhkan seseorang yang bisa memainkan gambang Thailand juga, loh." Pran masih tidak percaya akan kemampuan Pat.

"Ah, kalau begitu tunjukkan pada kami sebuah lagu." Kak Toto tak mau membuang waktu.

"Di mana stik-mu?" Tanya Pran tenang tapi tegas.

"Apakah Pha terlambat, kak?!" Pha muncul dengan terengah-engah sambil mengangkat stik gambang untuk Pat ke udara.

Adik Pha satu-satunya ini memang paling bisa diandalkan. Dia selalu berhasil menyelamatkan Pat dalam situasi genting. Berkat Pha datang mengantarkan stik gambang tepat waktu, Pat bisa unjuk kebolehannya memainkan sebuah lagu di depan para juri audisi drama Arsitektur. Satu di antara mereka bahkan menunjukkan lengannya dengan bulu kuduk yang berdiri saat Pat memainkannya.

"Terima kasih banyak, ya, Pha. Kalau kakak mendapatkan peran itu, kakak akan mentraktir Pha hotpot besar." Pat berbicara dengan adiknya melalui saluran telepon usai melakukan audisi. Ia sedang berjalan menuruni tangga diikuti dengan Pran yang hanya berjarang beberapa langkah darinya. "Tentu."

"Sejak kapan kau bisa bermain gambang?" Pran segera melayangkan pertanyaan saat Pat baru saja mengakhiri panggilan teleponnya.

"Oh, ada hal-hal tentangku yang tidak kamu ketahui. Tapi, jika aku mendapat peran dalam drama ini, kamu mungkin akan mengenalku lebih baik."

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now