EP.12 | Part 4

1.5K 47 2
                                    

"Ink, kamu tampaknya memiliki banyak sekali pekerjaan ya, nak."

"Ya ampun, banyak banget Papa."

"Benarkah? Tak apa, Pha akan membantu." Celetuk Pha menimpali.

"Janji ya?"

"Bagus, bekerja keraslah nak." Ujar sang Ayah.

"Anak-anak, mari kita makan buahnya." Sang Ibu datang dengan sepiring buah potong di tangannya, menginterupsi pembicaraan antara suaminya, Pha, dan Ink di ruang keluarga.

"Terima kasih, Ma." Pha segera melahap buah ke mulutnya.

"Suapin dong," pinta Ink manja.

"Hmm. Papa mau juga? Buah-buahannya manis loh." Sang Ibu menawarkan.

"Iya, Papa akan memakannya sebentar lagi."

Orang tua Pha sudah mengenal Ink sejak ia menjadi teman sekolah Pat semasa SMA. Dan sejak gadis itu menjalin kasih dengan putrinya, mereka sama sekali tidak keberatan. Ink justru sering berkunjung ke rumah mereka dan menganggap orang tua Pha seperti orang tuanya sendiri.

"Eh, itu kak Pran?" Pha yang sedang mengunyah buah sambil membuang pandang ke rumah tetangga sebelah sontak menarik perhatian seluruh mata di ruang tengah.

"Dia sudah kembali ke Thailand?" Sang Ibu bertanya dengan setengah berbisik, namun segera terdiam saat suaminya yang duduk di sebelahnya melirik dengan tatapan tajamnya.

"Wadee khrap, Pa. Wadee khrap, Ma."

Suara si anak sulung yang pulang ke rumah menjadi perhatian selanjutnya.

"Pat." Sang Ibu menyambut dengan senyum penuh kerinduan.

"Wadee khrap, Pha. Wadee khrap, Ink."

"Kamu sudah makan, nak?" Ibu selalu menjadi orang pertama dalam urusan perhatian kepada anak-anaknya.

"Belum, Ma. Tapi sebelum makan, bisakah Pat mendapatkan pelukan dulu? Pat rindu..." Begitu sampai ke ruang tengah, Pat meletakkan paper bag ke atas meja dan segera memeluk Ibunya.

"Tidak ada pelukan untukmu. Apa yang kau mau dari Papa? Katakan saja baik-baik." Goda sang Ayah melihat putranya memeluk Ibunya begitu erat.

"Tidak ada. Tapi, teman Pat baru saja kembali dari luar negeri. Dia membelikan ini untuk Papa." Pat menyerahkan bungkusan tas berwarna putih, tapi sang Ayah hanya mengangguk sambil membaca koran.

Semua orang di ruangan ini tahu benar bingkisan itu pastilah dari Pran meskipun Pat tidak mengatakannya. Dan aksi sang Ayah yang acuh tak acuh membuat suasana menjadi sedikit canggung.

"Ma," desah Pat pelan seolah minta pertolongan.

"Ayo kita lihat." Sang Ibu kemudian mulai membuka dan mengintip isi bingkisan itu. "Wow, minuman impor. Mama ingin mencobanya. Jika tidak ada yang ingin meminumnya, biar Mama saja minum sendirian."

"Ink mau mencobanya juga." Sahut Ink melambaikan satu tangannya ke udara.

"Tentu lah, nak."

"Bisakah Pat meminumnya juga?"

"Serius?"

"Pha mau coba juga karena Pha sudah dewasa."

"Kamu, pelan-pelan."

"Ink akan menjaganya." Ink merangkul pundak Pha dengan sayang.

"Dan apa lagi yang kita punya?" Ibu meneruskan penelusurannya pada bingkisan dari Pran.

"Menurut Pat sepertinya itu camilan."

"Hmmm. Ini sangat menggiurkan." Tutup sang Ibu.

***

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now