EP.10 | Part 3

261 20 0
                                    

Berbagai informasi sudah dikumpulkan dari orang-orang terdekat keluarga, tapi Pat dan Pran belum juga menemukan titik terang apa penyebab utama perselisihan antara keluarga mereka. Setelah menemukan sertifikat Kontes Ratu Kecantikan tahun 1994 kemarin, hari ini Pat dan Pran mengunjungi sekolah mereka, yang kemungkinan juga tempat Ayah Pat dan Ibu Pran bersekolah dulu.

"Sial! Aku benar-benar merindukan tempat ini." Pat memandangi bangunan gedung tempat mereka bersekolah dua tahun lalu.

"Sial! Kamu jangan berlebihan gitu lah. Kamu baru saja lulus kurang dari dua tahun lalu."

Pran menghentikan langkahnya saat matanya menangkap lahan di depan tangga. Ia pernah melihat Pat sedang dihukum karena datang terlambat dengan memegang sebelah telinganya dan berputar-putar beberapa kali.

"Kenapa kamu tersenyum?" Mengenang masa lalu tentang Pat, Pran tidak menyadari bahwa seulas senyum mengembang di bibirnya jika saja Pat tidak membuyarkan lamunannya. "Kamu sedang memikirkan waktu aku lagi dihukum, kan?"

"Bagaimana kamu tahu?"

"Karena aku ingat kalau kamu selalu suka membuat wajah seperti ini ketika aku dihukum." Jawab Pat sambil merapatkan giginya gemas.

"Aku hanya melihatnya saja." Pran melipat kedua tangannya di dada, berusaha menutupi kenyataan bahwa ia sudah sering memperhatikan Pat sejak lama.

"Tuh. Kamu mengaku kalau kamu selalu melihatku."

Pran menengadah sambil perlahan melangkah. "Tempat ini telah banyak berubah, ya. Padahal baru dua tahun."

"Kamu menghindari topik, ya? Iya, kan? Menghindari topik..." Pat mengikuti Pran dan mendorong bahu kekasihnya dengan semakin gemas.

Mereka memasuki gedung dan berhenti pada sisi lobi sekolah. Kali ini giliran Pat yang mengenang masa lalu.

"Kenapa saat itu kamu tidak mengucapkan selamat tinggal sebelum pergi?" Tanya Pat tentang Pran yang dipindahkan ke sekolah lain oleh Ibunya karena ketahuan bermain musik bersama Pat untuk acara Natal sekolah.

"Aku patah hati."

Pat mengerutkan alisnya sejenak sebelum kembali bertanya. "Karena aku atau Ibumu? Hah?"

"Oh, Bu Guru. Wadee Khrap." Pran melakukan wai pada gurunya dan mengabaikan pertanyaan terakhir Pat.

"Wadee Khrap." Pat ikut memberikan wai setelah berbalik dan melihat seorang wanita menghampirinya.

"Kalian siapa?" Tanya Bu Guru berkacamata itu.

"Saya Pat, Bu. Apakah Ibu tidak ingat?"

"Tentu saya ingat. Kalian berdua adalah musuh legendaris, bagaimana bisa Ibu tidak mengingat kalian. Tapi, bagaimana bisa kalian datang bersama?"

"Mmmm. Ceritanya sedikit panjang, Bu. Jika saya memberi tahu ibu sekarang, itu akan menjadi seperti film romantis."

Pran menyenggol lengan Pat dengan sikunya. Dalam misi serius seperti ini sempat-sempatnya kekasihnya itu bercanda. Apalagi saat Bu Guru menunjukkan ekspresi menggoda, Pat malah tertawa terbahak-bahak.

"Jadi, kami baru mengetahui kalau Ibu saya dan Papanya Pat pernah bersekolah di sekolah ini. Lalu, kami ingin mengetahui apakah itu benar atau tidak?" Pran mengutarakan tujuan mereka datang ke sekolah ini.

"Wah, itu sudah lama sekali. Saat itu Ibu sedang mempersiapkan diri untuk mendapatkan sertifikat mengajar, mungkin. Sebaiknya kalian bertanya pada Bu Payao tentang hal ini. Sepertinya dia sudah di sini sejak sekolah ini didirikan. Tapi sekarang, Ibunya sedang ada urusan di luar. Seharusnya sih sudah kembali rada siangan."

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now