EP.9 | Part 4

314 19 0
                                    

Pran berjalan dengan tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar 3108 saat matanya melihat Korn, Mo, dan Chang keluar dari sana dengan wajah sedih.

"Sial." Korn mengumpat pelan lalu menepuk bahu kiri Pran. "Hei, jangan panik. Oke? Tetaplah tenang."

"Kenapa?" Tentu saja Pran justru semakin panik mendengar Korn mencoba menenangkannya begitu. Korn tidak akan melakukannya jika Pat baik-baik saja, bukan? "Keadaan Pat seburuk itu, ya?"

Korn menghela napas dan mengusap mata dengan tangannya yang tadi bersandar di bahu Pran.

"Dia ditembak." Sahut Chang menimpali. "Menurutku kau sebaiknya masuk ke dalam dan lihat sendiri."

Pran tak mau membuang waktu lebih banyak. Ia segera masuk ke ruangan tempat Pat dirawat. Ditutupnya pintu perlahan lalu melangkah ke ranjang tempat kekasihnya terbaring lemah dengan selang infus melilit tangannya.

"Ai'Pat. Apa kau baik-baik saja?" Pran melihat dada Pat naik turun. Ia seperti mengatakan sesuatu sambil mengatur napas secara bersamaan.

"Air." Pat bicara sangat pelan sehingga Pran tak bisa mendengarnya.

"Hah?" Pran mendekatkan telinganya ke wajah Pat.

"Air." Ia masih berkata dengan suara sangat lemah.

Pran semakin mendekatkan telinganya lagi saat sesuatu menempel di pipinya dengan cepat.

CUP.

Pat mengecup dan mengendus pipi kekasihnya dengan gemas.

"Bhahahahaha." Tawa meledak di luar pintu kamar Pat. Ternyata apa yang teman-temannya lakukan di luar tadi adalah bagian dari akal bulus Pat.

"Ssstt. Pelan-pelan." Chang berbisik.

"Gimana? Keren nggak acting-ku?" Korn terkekeh.

Sementara Mo menempelkan kupingnya di pintu yang langsung ditarik oleh Korn dan Chang.

"Sialan, beri mereka privasi."

***

"Apa yang kamu mainkan, hah?" Pran bertanya dengan gemas. Dalam situasi terluka dan terbaring lemah seperti ini, bisa-bisanya dia masih bercanda.

"Aku baru saja minum obat yang bagus. Aku sudah puling sepenuhnya sekarang."

"Sudah pulih sepenungnya? Hmmm." Pran manggut-manggut dan mengepalkan tinju bersiap melayangkannya ke wajah Pat. "Bagaimana kalau terluka lag, hah?"

"Aduh!" Pat terkekeh tapi tawanya tidak lepas. "Ini benar-benar sakit kali ini."

"Kamu pantas mendapatkannya."

"Kamu tertipu." Pat mencolek dagu Pran yang menyunggingkan senyum malu. Ia ketahuan begitu khawatir akan keadaan Pat tadi.

"Korn dan Chang bilang kamu tertembak."

"Umm. Cuma luka gores. Di perban dikit udah cukup. Kamu mengkhawatirkanku, ya?"

"Umm. Aku khawatir."

Pat meletakkan satu tangannya yang bebas infus ke pipi Pran. Tapi Pria itu mulai melotot.

"Aku bertanya-tanya kenapa itu hanya goresan tembakan. Dia seharusnya menaruh pelurunya di tengkorak kepalamu." Pran menoyor jidat Pat yang meringis geli.

"Oiii." Pat mengusap-usap keningnya.

"Kamu pikir kamu berandalan, ya? Kamu beruntung tidak ada yang serius."

Pran terus mengomel meskipun Pat hanya terkekeh melihat tingkah imut kekasihnya itu.

TOK. TOK. TOK.

Pat dan Pran menoleh ke arah asal suara. Dua orang pria berseragam muncul dari balik pintu dan segera memberi hormat tanda ijin menginterupsi situasi.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now