EP.5 | Part 4

676 47 0
                                    

"Tidak mau, brengsek! Cukup dengan melihat wajahmu saja aku sudah kehilangan nafsu makan." Kata Korn kasar.

"Anda dapat menempati meja di ujung itu, loh. Tuan Pelanggan." Wai menunjuk meja kosong di sudut bar. "Siapa tahu anda tidak tahan dengan suara perayaan kami."

"Oh, kau mau ribut?!"

"Korn. Korn!" Korn sudah maju selangkah ketika Pat menghalangi dengan lengannya. "Korn, stop."

"Kenapa?"

"Aku sudah cukup muak untuk hari ini." Pat berkata dengan tenang sambil menatap mata Pran yang berdiri di belakang Wai. "Ayo pergi ke tempat lain."

Pat melirik mata Pran sekali lagi sebelum ia benar-benar melangkah pergi diikuti ketiga temannya.

"Ayo, lanjutlan. Ayo, ayo." Louis mulai menarik teman-temannya untuk kembali ke meja bar dan melanjutkan minum bir.

Pran adalah orang terakhir yang bergerak. Matanya masih mengikuti kepergian Pat sampai tak terlihat. Ada yang berbeda dari pemuda itu. Ia sudah berbeda sejak beberapa hari yang lalu, tapi Pran tidak tahu apa penyebabnya.

***

Malam sudah mulai larut. Pat duduk di anak tangga luar asrama dengan kantong kertas kecil di tangannya. Wajahnya sama sekali tidak bahagia. Ia meletakkan kantong kertas itu di sampingnya lalu membuka botol minum air mineral dan menelannya beberapa teguk. Pat mengusap wajah dengan telapak tangannya dan menghela napas sebelum meraih ponsel dan melihat story IG Pran. Ia masih berada di bar untuk minum bir dengan teman-temannya. Si monyet albino itu berdiri di sebelahnya. Mereka sedang merayakan kemenangan bersama.

Pat menghela napas sekali lagi menahan emosinya. Diraihnya kantong kertas kecil berwarna cokelat di sampingnya dan mengambil sesuatu dari dalamnya saat lampu sorot kendaraan yang datang mengalihkan perhatiannya. Itu dia, pemuda yang ia tunggu sejak tadi akhirnya pulang.

Wai mematikan mesin motor dan Pran yang dibonceng di belakangnya lalu turun.

"Oh. Aku tidak pernah berpikir kalau aku akan melihat versi Tuan Muda Pran yang ini." Pat dapat mendengar monyet albino itu bicara dengan cukup lantang.

Pran kehilangan senyum tipis di wajahnya ketika matanya menangkap sosok Pat duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Pemuda itu bangkit dan memandangnya dengan tatapan lelah.

"Kemarilah."

Apa-apaan ini? Pat membuat nada suara itu padanya di depan Wai. Beraninya dia!

Pran baru akan melangkah ketika Wai maju lebih dulu. Tapi pran masih bisa menahannya tepat waktu. "Tidak wai! Aku sendiri yang akan berbicara dengannya."

Pran menepuk bahu sahabatnya berusaha menenangkan emosinya. Sementara Pat mulai menyipitkan mata dan menggelengkan kepalanya melihat tindakan yang Pran lakukan.

"Kamu mau apa?" Tanya Pran dengan lantang setibanya ia di hadapan Pat. Pran melirik sahabatnya sejenak sebelum melanjutkan bicara. "Kenapa? Apakah sebegitu sulitnya untuk menerima kekalahan?" Pran mulai bertolak pinggang sekarang.

Pat menyunggingkan senyum miringnya yang biasa. "Dikalahkan oleh lagu lama itu? Kenapa aku harus merasakan sesuatu?"

"Kau pergi sana. Kau mabuk. Jangan bertingkah konyol." Baru selangkah Pat mendekat tapi Pran langsung menarik kerah Pat dengan kuat. "Sialan, Pat! Apa yang salah denganmu, sih?"

Kali ini Pran berbisik dan mendorong Pat semakin jauh dari Wai.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk menjadi konyol, Pat." Pran mendorong Pat hingga pemuda itu terhuyung ke belakang.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now