EP.1 | Part 4

518 43 0
                                    

Kelompok geng Teknik dan Arsitektur sedang berdiri berhadapan di halaman salah satu gedung kampus, siap untuk bertempur.

"Kirim dia, dan semua orang tidak akan terluka." Pat si ketua geng Teknik memberikan penawaran pertama.

"Aku tidak bisa." Jawab Pran si ketua geng Arsitektur berusaha melindungi sahabatnya.

"Dia menghina aku sebegitunya. Aku tidak akan pergi sampai aku mendapatkan apa yang aku inginkan." Pat bersikukuh. Reputasinya tak boleh hancur di tangan sahabat Pran.

Kedua kelompok fakultas saling mempertahankan reputasi masing-masing. Tak ingin mengalah pada satu sama lain.

"Sebagai ketua kelas, aku sendiri yang akan bertanggung jawab." Pran berkata tegas. Matanya menatap mata Pat yang sedang bertolak pinggang di hadapannya.

Seluruh anggota kawanan saling pandang dan menunggu dengan cemas.

Flashback

"Bagaimana aku tidak bisa melakukan itu? Orang-orang ini adalah teman dari Fakultasku. Dan Wai adalah sahabatku sejak sebelum aku pindah ke sini. Bagaimanapun, aku benar-benar tidak bisa mundur begitu saja untukmu." Pran mencoba menjelaskan posisinya yang serba salah kepada Pat. "Kecuali...kau pun mundur juga."

"Bagaimana?"

"Kau ingin menyelamatkan reputasimu, kan?" Tanya Pran yang dijawab anggukan oleh Pat. "Sedangkan aku ingin menyelamatkan Wai agar tidak dipukuli. Jika Wai meminta maaf kepadamu di depan semua orang, akankah kau melepaskannya?"

Pat mendesah kecil dan mencibir. "Jika dia ingin melakukan itu, dia sudah melakukannya sejak lama."

"Bagaimana jika aku bisa membuatnya melakukannya?" Pran tidak menyerah.

Pat menimbang sejenak sebelum akhirnya berkata, "Deal!" Sambil mengulurkan tos tinjunya ke arah Pran. Dengan tatapan bingung Pran perlahan mengangkat tangan kanannya yang membentuk tos tinju juga, lalu menabrakkannya ke milik Pat.

"Kami, mahasiswa Arsitektur, bertanggung jawab atas apa yang kami lakukan. Katakahlah, aku minta maaf." Pernyataan Pran sontak membuat semua kelompok kawanan terkejut dan kembali saling berpandangan. "Maaf karena temanku memberimu jari itu."

"Hei. Kau tidak perlu meminta maaf untukku. Aku yang salah dan aku sendiri yang akan meminta maaf padanya." Potong Wai dari belakang. Ia tak ingin Pran menanggung kesalahannya pada ketua geng Teknik.

Semua orang kini saling berpandangan dan menunggu.

"Aku minta maaf," kata Wai akhirnya.

Pat menyunggingkan senyum miringnya dan mengedipkan mata kepada Pran. Rencana mereka telah berhasil. Tak ada perkelahian yang akan terjadi di antara dua kelompok fakultas hari ini. Pran pun membalas dengan senyuman yang menampakkan lesung pipi menawannya.

"Jika kau pikir kau bisa mengakhiri ini dengan kata maaf, kau salah." Korn menyela situasi dengan melemparkan bola panas tanpa diduga-duga oleh Pat dan Pran. "Sial. Serang mereka semua, ayo!" Seru Korn yang diikuti oleh kelompoknya tanpa hitungan.

Rencana jalan damai gagal. Geng Teknik sekarang menyerang geng Asritektur tanpa ampun. Aksi baku hantam dimulai lagi.

Pat dan Pran yang masih sama kebingungan, hanya berdiri mematung hingga tangan Korn siap menyerang wajah Pran. Beruntung Pat dapat menangkisnya tepat waktu. "Aku satu-satunya yang bisa memukulnya." Kata Pat kemudian membuat Korn mencari lawan yang lain.

"Kemari kau!" Wai menarik Korn dari belakang.

"Pukul aku." Pat meminta Pran untuk memulai.

"Hah?" Tanya Pran kebingungan.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now