EP.2 | Part 4

349 38 2
                                    

"Terus aku harus melakukan apa?" Tanya Pran kebingungan.

"Pergi bersembunyi."

"Bersembunyi dimana? Sialan, ini kamarmu!" Pran benar-benar kebingungan. Dimana ia harus menyembunyikan tubuh besarnya?

Sementara Ayah Pat mulai memanggili namanya dari luar, Pat berusaha untuk menyembunyikan Pran di dalam lemari pakaian. Tentu saja tidak cukup. Pran cukup tinggi dan besar.

"Di mana aku harus bersembunyi?"

"Di suatu tempat! Di mana saja!"

"Sialan! Tapi ini kamarmu!"

Keduanya tak berhenti berdebat. Pat kemudian melemparkan Pran ke balik tempat tidur dan segera membukakan pintu untuk Ayahnya.

"Pat datang, Ayah. Hai, Ayah." Sapanya ketika pintu kamar terbuka dan Ayahnya segera masuk tanpa dipersilakan.

"Kenapa kau gelisah?" Tanya sang Ayah melihat ekspresi putranya yang tak bisa disembunyikan. "Apa yang membuatmu begitu lama membukanya?"

"Pat lagi di kamar mandi," jawab Pat asal.

"Jadi, kamu berada di kamar mandi untuk waktu yang lama. Jangan terlalu tergila-gila untuk itu. Pergilah berolah raga sesekali."

"Iya. Pat tidak setergila-gila itu." Kata Pat sopan.

"Dan kenapa begitu gelap di sini? Ini Ayah lagi di goa, ya?"

"Hoho. Ini sudah yang paling terang, loh, Ayah."

"Tapi ini cukup lapang, loh. Bagus sekali." Akhirnya Ayah Pat memberi pujian kecil. "Apa kamu sudah makan?"

"Wih, terima kasih." Pat menerima bungkus makanan dari tangan Ayahnya.

"Ini sup ikan Maw. Ayah mampir ke China Town sebelum datang kemari." Pat tersenyum dan mengangguk pada Ayahnya. "Oh, ya. Apakah kamu mengambil kelas Teknik Material dengan Profesor Pichai?"

"Profesor itu? Eh, dia teman Ayah?"

"Tidak juga. Dia senior Ayah. Tadi kami bertemu dan dia memberi tahu Ayah kalau kamu akan bergabung dengan Kontes Musik Freshy, ya?"

Pat hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Bagus, bagus. Itu hebat, nak." Ayah Pat mengusap-usap bahu anaknya. "Tapi jangan rusak reputasi Ayah, oke? Begini-begini, Ayah mendapatkan suara populer di jaman Ayah, loh."

"Ya ampun, Ayah. Kita berada di dua generasi yang berbeda."

"Ayah tahu, tapi kamu tetap harus menjaga reputasi. Generasi berikutnya berarti generasi yang lebih baik. Mengerti tidak?"

"Baiklah. Pat tidak merasa ada tekanan sama sekali."

"Ayah tidak sedang menekanmu. Tapi Ayah serius."

"Oke."

Percakapan itu diiringi dengan gelak tawa Ayah dan putranya. Mata Pat membelalak ketika Ayahnya mulai melangkah mendekati tempat tidur dan menjatuhkan diri di sana. "Dekorasi yang bagus, nak."

Di bawah tempat tidur, Pran yang sedang bersembunyi tengkurap mendekap mulutnya sendiri rapat-rapat. Sangat berbahaya jika Ayah Pat menemukan dirinya berada di kamar putranya.

"Hei, apa yang sedang Ayah cari?" Pat berinterupsi ketika Ayahnya membolak balik bantal dan selimut di atas tempat tidur.

"Ayah mau tahu apakah kau menyembunyikan sesuatu," kata Ayah Pat terkekeh.

"Tidak ada."

"Kau terlihat meragukan."

"Papa bercanda. Pat tahu itu."

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now