Emosi Kesal

113 15 0
                                    

🙄Hai
Ada yang menanti cerita ini ??



Haruto kembali membolak-balikkan sendok dihadapannya dengan lesu. Mood-nya sedang buruk. Berkali-kali sudah ia mencoba mencari kesibukan lain selain bengong. Tapi yang namanya bosen tidak jua menghilang.

Pemuda bertubuh bongsor itu kemudian melirik sang ayah yang tengah asik melayani tamunya. Mendapatkan pelanggan tingkat VVIP pasti menyenangkan baginya. Apalagi pelanggan itu salah satu kenalannya di sekolah.

Tuan Hamada. Yap itu adalah ayah Asahi. Buat apa juga ia datang kesini malam-malam disaat rumahnya hanya berjarak setengah jam dari tempat ini ?

Menurut dugaan Haruto mungkin karna dia tak mau di usik oleh putra semata wayangnya setelah berhasil menemukan wanita simpanan lain. Ternyata berita itu benar adanya. Tuan Hamada memang seorang lelaki buaya darat. Pantas saja setiap ada pertemuan wali murid ibu Haruto menolak untuk datang karna suatu alasan. Mungkin itu alasannya.

Sungguh ironis memang. Tapi nyatanya Haruto sudah lebih dulu tau akan fakta ini sebelum berita itu menyebar. Ya, dia tau dari ibunya. Wanita paruh baya itu sendiri yang membeberkannya.

" Hai Ruto belum pulang,ya ?" sapa tuan Hamada dengan senyum khasnya. Haruto hanya membalas dengan sebuah senyuman canggung.

" Iya paman, tanggung nih. Bentar lagi pasti bakal pulang. Asahi mana om ? Kok nggak ikut ??" balas Haruto.

" Dia lagi ikut les bahasa spanyol jadi nggak ikut, " sautnya.

" Oh, dia siapa paman ? Kok Ruto baru lihat paman ? Rekan bisnis atau calon ibu Asahi yang baru ??" gurau Haruto mencoba menggoda. Semua orang kompak tertawa menanggapi gurauannya. Sementara Haruto hanya mendelik jijik.

" Sungguh lucu anak kau, Watanabe. Dia bisa ngelawak juga ternyata " keluh pa Hamada. " Kau jangan ajari dia yang macem-macem ! Nanti dia pandai menggoda orang !"

" Tenang saja,pak. Dia nggak bakal berani begitu lagi. Haruto itu anak yang nurut. Dia cuma menggodamu sedikit "

" Bagus kalau gitu, " saut pak Hamada. " Oh ya Watanabe, saya baru inget kau kenal sama ponakan gue noah, kan ?"

" Ah....anak dari adik istrimu,bukan ?"

" Yah. Dia kan punya anak perempuan yang sudah menginjak masa remaja,mungkin jaraknya tiga tahun dari Asahi. Mungkin-"

" Nggak mungkin " sela Haruto. Pemuda itu bangkit dari duduknya dengan amarah yang tertahan. Kedua tangannya sukses mengepal kuat mencoba bertahan sebisa mungkin. Sang ibu yang berjarak tak jauh darinya mencoba menenangkan Haruto semampunya.

Haruto tersenyum menatap pak Hamada. " Bisa nggak paman berhenti ngurusin hidup gue ?!!" protes Haruto dengan nada sedikit mengancam.

Suasana mendadak berubah menjadi lebih intens. Haruto terus saja menatap pak Hamada dengan pandangan mata tak suka. Sedangkan pak Hamada hanya tertawa melihatnya.

" Haha...," saut ayah Haruto mencoba mencairkan suasana yang terlanjur memanas. Dia lalu menepuk pundak Hamada seraya mengajaknya untuk masuk dan mengabaikan anaknya.

" Hamada mari ke kamarmu. Aku sendiri yang akan mengantarmu !" ajaknya.

Beruntungnya pak Watanabe karena tak perlu bersusah-susah mengajak pergi pak Hamada dari hadapan putranya. Karna pak Hamada dengan suka rela mengikuti arahannya untuk masuk ke kamar yang tadi dipesan.

Haruto kembali melebarkan senyumnya melihat sang lawan keluar dari pandangannya. Sang ibu yang menyadari emosi anaknya yang belum mereda langsung mengelus punggung Haruto.

" Pulang gih, udah malem. Besok sekolah,kan ?" ucap ibu Haruto dengan lembut.

Bujukan itu nyatanya sukses meluluhkan hati seorang Watanabe Haruto yang keras kepala. Pemuda itu hanya terdiam mengikuti perintah sang ibu. Amarahnya perlahan menghilang.

••My Treasure•• √Where stories live. Discover now