Ambition

115 15 5
                                    

" Fakta mengenai mereka yang tiada karna ambisi gue, nyatanya membekas kuat dalam ingatan "






















• • • •

Yedam mendongakkan kepalanya kala mendengar suara pintu terbuka. Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Tak terdengar suara aktivitas orang diluar.

" Hai bro, !" sapa Jihoon memasuki ruang rawat Yedam. Dibelakangnya ada Junkyu yang membawa sekantong keresek hitam.

" Kok belum tidur sih, kirain dah molor " celetuk Jihoon sambil menduduki kursi disamping ranjang Yedam. " Tuh gue bawa oleh-oleh buat elo. Masih anget buruan dimakan !"

" Kan gak diizinin makan makanan dari luar. Emang apa tuh ?" jawab Yedam melongok kantong yang Junkyu beri.

" Berondong,dam "

Sontak Yedam mengerutkan dahinya kebingungan. " Kok berondong sih, kak ?!" protes Yedam heboh.

Jihoon menyambar berondong yang tadi ia bawa. Ia taruh makanan tersebut lalu melahapnya. " Terus apa ? Martabak ? Seblak ? Bakso. Lo jadi orang nggak ada terima kasihnya. Untung aja kita bawain makanan "

" Tapi kan jangan berondong. Yang lain bisa, buah kek atau roti. Yang buat kenyang aja, !"

" Nggak usah banyak protes tinggal makan apa susahnya sih ?!" protes Junkyu ikut menyambar berondong ditangan Jihoon.

Yedam melirik kedua orang itu dengan sebal. Darimana ceritanya jenguk orang sakit bawa berondong. Emangnya ini bioskop. Namun pada akhirnya ia mencoba menghempaskan semua rasa kesalnya.

" Kok berduaan aja,kak ? Yang lain mana ?" tanya Yedam.

" Sibuk, dam " balas Jihoon lalu mengambil ponsel dari saku jaketnya. " Haruto biasa lagi ngikut bokapnya makan malam bisnis. Asahi lagi jaga bar, jadi cuma kita berdua yang sempet jenguk elo "

" Jeongwoo ??"

Jihoon melirik Yedam sesaat kemudian menggelengkan kepalanya tanda tak tahu. Pandangannya lalu beralih ke Junkyu yang mungkin tau perihal teman-temannya. Namun rupanya sama saja. Pemuda koala itu hanya mengangkat bahunya.

Yedam menghela nafas lemah. " Ada yang tau kabar Junghwan,nggak ? Kok dia nggak masuk tadi pagi ?"

" Sama. Gue juga belum dapat info apapun. Mungkin Junghwan ada urusan mendadak " balas Junkyu. " Yang gue tau sih kabar Doyong. Dia lagi di rumah, rebahan mungkin,"

" Yeu....! Kalo dia nggak perlu nanya, udah tau jawabannya " saut Jihoon sewot. Junkyu cengengesan ngerasa bersalah.

Mencoba untuk mencairkan suasana yang dinilai terlalu kaku, Yedam berinisiatif untuk mengeluarkan jurus andalannya yaitu camilan enak nan lezat. Beruntungnya ibu Yedam membawa buat jaga-jaga saat sore tadi.

" Gue ada camilan enak loh !" tawarnya. Kedua temannya sudah pasti senang. Apalagi ini gratis.

Jadi lucu, disini bisa dilihat mana anak yang bener dan yang enggak. Pada umumnya, orang-orang yang datang menjenguk pasti bawa makanan beberapa buah misalnya. Tapi disini malahan Yedam yang ngasih makanan buat yang jenguk dia.

Yedam segera mengambil bungkusan camilan yang dimaksud. Sedangkan kedua pihak yang tak tau malu itu, menunggu dengan sumringah.

Camilan ditaruh dan dalam waktu sekejap saja tinggal setengah. Memang rakus mereka. Kalo soal makanan aja semangat 45. Mirip-miriplah kayak gelandangan dijalan.

Yedam hanya mengecap bibirnya pasrah kala menyaksikan kedua temannya yang berubah jadi ikan piranha saat bertemu daging. Dia mencoba buat senatural mungkin menanggapi kerakusan dua manusia dihadapannya ini.

••My Treasure•• √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang