Ambition 2

103 18 3
                                    

" Konon katanya obat itu rasanya pahit. Emang pahit dan seharusnya juga pahit. Tapi dibalik kepahitan itu ada rasa manis yang tersembunyi. Rasa manis yang kita rasa pabila penyakit kita hilang. Dan gue rasa, lidah gue mulai mengecap yang namanya manis. Semakin terasa dan semakin manis saja.
I like this "

~ X-Man







• • • •


GUBRAK !

" Akh.....!!" Jihoon merintih kesakitan saat tubuhnya menyentuh tanah dengan keras. Kursi yang tadi ia duduki jatuh akibat ulahnya sendiri. Pemuda itu menggeliat ke kanan-kiri mencari celah ikatan yang membelenggu tubuhnya.

Layaknya ulat yang lagi bergerak, bajunya pasti tak luput dari debu. Bisa dipastikan ketika seseorang menyaksikan aksinya ini pasti akan terpancar rasa kasihan dari matanya. Apalagi Jihoon terlihat sangat menyedihkan.

" Ck...ck...!!" decak Haruto begitu masuk ruangan sudah disuguhi pemandangan tak biasanya. " Gue kira kakak udah kabur darisini. Sengaja gue ngajak kak Asahi ke tempat ini. Kirain bakal terjadi baku hantam begitu pintu gue buka "

Jihoon mendecih. Dia mengangkat wajahnya yang menyentuh tanah dengan estetika. " Ngomongmu enak banget. Elo kira gue ular bisa lolos dari sini dengan menggeliat. Lain kali kalo mau ngiket jangan kenceng-kenceng, engap nih dada gue. Eh Ruto elo ja- pha....!!" sembur Jihoon memuntahkan isi mulutnya yang penuh dengan tanah.

" Pha....pha....!! Yakh....!!!" teriaknya membuat Haruto tersenyum geli. " Asahi elo jangan diem aja. Bantuin napa !! Pegel nih !"

Tanpa ba-bi-bu lagi, setelah mendengar namanya dipanggil, Asahi segera bergerak mengangkat kursi Jihoon yang langsung dapat ucapan terima kasih dari penunggu kursi tersebut.

*Penunggu ?? kayak benda antik aja 😅

" Thanks Asahi-ku tercinta...." ucap Jihoon sambil tersenyum manis. Namun segera luntur kala dirinya melayangkan tatapan ke pemuda bermarga Watanabe. " Berhenti main-main dan cepet lepasin gue Haruto !" tuntut Jihoon.

" Buat apa ?? Sebelum kakak mengaku nggak akan gue biarin tubuh kakak pergi dari tempat ini !" papar Haruto dengan wajah serius.

" Pengakuan apa lagi ?? Ngaku kalau gue pembunuh teman-teman kita ? Ngaco loh !!" cibir Jihoon sebelum membuang muka.

Tadinya Haruto berniat untuk mendekati Jihoon, sekedar menakut-nakuti saja. Tapi semua ia urungkan ketika ponselnya berdering. Nampak dari layar itu panggilan dari Junkyu.

" Ya, halo " kata Haruto memutuskan untuk mengangkat panggilan Junkyu. " Penting nggak nih kak ? Oh...jadi ??"

" Hah....?" lanjutnya kemudian lalu panggilan tertutup.

Melihat raut muka Haruto berubah jadi lebih serius, Asahi berjalan mendekat. " Kenapa ruto ? Kak Junkyu nggak lagi dalam masalah bukan ?" tanya Asahi ikut khawatir.

Haruto menggeleng pelan. " Nggak. Gue harus pergi dari sini. Titip kak Jihoon ya kak !" ucap Haruto lalu bergegas pergi secepat kilat.

Jihoon yang tak tau menahu hanya melongo kebingungan. Tak jauh berbeda dari Jihoon, Asahi pun hanya terpaku melihat kepergian Haruto.

" Lah gue ditinggalin ??" gerutu pemuda Hamada tersebut.

• • • •

Untung saja tadi Haruto memilih untuk membawa mobil, jadi ia tak harus bersusah payah mencari taksi buat ke rumah Junkyu. Namun namanya juga nasib sial pasti nggak bisa lepas.

Penginnya sih bisa cepat-cepat sampai ke rumah Junkyu sampai lewat jalan tikus biar cepet. Tapi apalah daya seorang Haruto kalau sudah ketemu sama yang namanya kesialan. Bahkan hotel bintang lima milik ayahnya tak bisa membantu sama sekali. Karena tiba-tiba dia mengalami sedikit kecelakaan di tengah jalan hingga membuat mobil mewahnya menabrak sebuah gundukan.

••My Treasure•• √Where stories live. Discover now