Last Step

122 14 1
                                    

" Emosi dan manusia tak akan terpisah. Layaknya awan dan hujan "






















Flashback

" Tatapan mata itu, kenapa berbeda dari yang lainnya. Dia seperti mengeluarkan emosi lain yang belum pernah gue temui. Itu indah, menarik, dan menakjubkan !" kata Asahi dalam hati.

Pemuda itu terus melirik ke arah korbannya yang mulai tak berdaya. " Apa sakit ?" tanyanya kemudian ketika melihat targetnya tengah meringis dengan kepala yang retak yang mengakibatkan terbentuknya kolam darah.

" Biasanya orang-orang akan meringis kemudian minta tolong sambil menangis. Lalu aku akan datang sebagai malaikat mautnya. Sekarang giliran elo. Menangis lah ! Minta ajal secepat mungkin !"

Orang itu tersenyum tipis membuat Asahi mengerutkan dahi.

" Asahi elo sakit ?" tanya balik orang tersebut. " Kenapa nggak ngomong ke gue ? Gue bakal bantu sebisa mungkin " katanya gusar. Dia menatap Asahi dengan pandangan iba. Sedangkan Asahi terlihat sungkan.

" Elo pasti tersiksa selama ini, kan ? Menyimpan semuanya sendiri akan lebih menyiksa. Seharusnya kasih tau semua orang agar kita bantu elo !" ungkap orang tersebut tanpa terdeteksi adanya rasa sakit yang ia alami.

Padahal, itu terlihat amat menyakitkan. Asahi berani bersumpah, jika dirinya ada diposisi itu pasti dirinya akan mengaduh kesakitan.

" Diem dan tunggu saja ajal elo !" sarkas Asahi lalu mengambil sebuah batu besar. Dia berniat untuk mengakhiri hidup target didepannya ini.

Bukannya merasa kasihan pada targetnya. Dia cuma ingin menyelesaikan ini secepat mungkin. Moodnya sudah berantakan.

Asahi mengangkat batu itu setinggi mungkin. Bersiap untuk menjatuhkannya ke sembarang tempat asalnya tubuhnya. Ah, tidak. Dia ternyata mengincar kepala target supaya berefek besar.

Seringai kasar mulai mengembang dibibir. Asahi terlihat gembira melakukan aksi ini.

" Kak ada kata terakhir sebelum pergi menyusul kak Mashiho ?" tanyanya.

" Gue sayang elo Asahi melebihi hidup gue. Elo semuanya. Kalian itu penting banget di hidup gue " ungkap Hyunsuk tak bermaksud lebay. Ini murni dari hatinya. Dia memang menyayangi semua teman-temannya.

" Persetan ! Gue nggak percaya. Mending elo mati aja kak !" kata Asahi terdengar begitu kasar. " Good bye kak Hyunsuk !!"

BUG !!

Dalam waktu lima detik saja, nyawa Hyunsuk telah menghilang. Tanpa belas kasihan sama sekali, Asahi mengakhiri nyawa kakak tertuanya.

Sempat terlintas rasa kasihan, namun semua dia tepis. Asahi tak mau terlalu larut dalam emosi. Dia tak suka jika dirinya berubah jadi orang yang emosian.

Meskipun mata Hyunsuk memancarkan aura berbeda ketimbang korbannya yang lain. Bukannya takut, dia sepertinya lebih khawatir pada keadaannya. Hyunsuk tidaklah takut akan kematiannya sendiri. Dia jauh lebih takut dan khawatir pada Asahi.

Sesayang itukah Hyunsuk pada teman-temannya hingga dia lebih mementingkan mereka ketimbang dirinya sendiri ??

Flashback end














































" Kalo itu mau kakak, mending bunuh gue aja sekarang !" ketus Haruto. Dia melirik Jihoon dengan pandangan kesal.

Jihoon terkekeh mendengar ucapan Haruto yang mengisyaratkan kalau pemuda itu sudah menyerahkan hidupnya pada pemuda Park itu. " Nggak semudah itu Haruto ! Elo harus menderita dulu !"

••My Treasure•• √Where stories live. Discover now