Step Nine

113 19 0
                                    

🤏

Jam pelajaran seni sudah berakhir lima menit yang lalu. Para murid-murid lainnya pun sudah pergi ke kelas. Keadaan ruang seni mulai sepi secara perlahan.

Dalam kesunyian tersebut tertinggal lah Asahi, memisahkan diri sambil menekuni hobinya dalam kesepian. Waktu-waktu seperti inilah yang ia butuhkan. Tidak perlu banyak teman, yang terpenting adalah inspirasi.

Orang-orang sering menyebut kalau kegiatan melukis sebagai kegiatan yang membosankan namun tak sedikit juga yang menganggapnya menyenangkan. Bagi Asahi sendiri, melukis merupakan hal yang mengasikkan. Dengan melukis, ia bisa mencurahkan segala masalah lewat goresan kuas.

Ia begitu menyukai kegiatan seperti ini. Melihat guratan warna yang menyatu dengan indah terasa begitu menenangkan. Asahi rela meski harus bersanding dengan kesepian, selama kuas, cat, serta kanvas bersamanya. Dia bakal tenang duduk berjam-jam di suatu tempat.

Kali ini tema lukisan yang ia buat merupakan curahan pikirannya sendiri. Sebuah karya yang menceritakan tentang anak kecil berserta masalah hidupnya. Sebuah lukisan yang syarat akan kepedihan.

Kegiatannya sempat tertunda beberapa saat setelah dirinya mendapati Doyong yang lewat depan ruang seni diikuti Jihoon dibelakangnya. Jika dilihat dari langkah kedua orang tersebut, tampaknya mereka sedang terburu-buru.

Pada awalnya Asahi bermaksud untuk melanjutkan kegiatannya, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi. Begitu dibuka rupanya itu pesan dari Haruto. Pemuda bertubuh jangkung tersebut meminta Asahi supaya ke kelas.

Menyadari kalau itu bukan sesuatu yang penting, Asahi memilih untuk melanjutkan kegiatannya kembali. Tapi ia kembali dikejutkan dengan bunyi ponselnya. Masih dari orang yang sama namun kali ini bukan pesan yang ia dapatkan.

" Halo, kak. Kak Asahi !" panggil Haruto dari seberang.

Asahi segera mendekatkan benda kotak tersebut ke telinganya. " Hmm, "

" Kakak cepet balik ke kelas. Ada hal penting, buruan nggak pake lama !!" seru Haruto dari kelasnya.

Asahi melirik lukisan buatannya yang hampir jadi. Bibirnya menekuk dengan ragu. " Sorry sibuk, "

" Nggak ada alasan, gue tunggu disini secepatnya. Pokoknya ini gawat !" ucap Haruto lalu mematikan sambungan.

Sesaat setelah telpon tersebut, Asahi langsung pergi meninggalkan lukisannya. Meskipun dia sedikit malas, akan lebih merepotkan lagi kalau dia harus berdebat dengan Haruto.

Dalam benak seorang Hamada Asahi pasti telah terjadi kekacauan besar hingga ia repot-repot dipanggil. Mengingat, jika pada biasanya ada Jeongwoo atau Jaehyuk si biang masalah. Namun sekarang dua orang itu sudah tiada. Asahi jadi penasaran siapa kali ini.

Namun begitu sampai di tempat, hal yang terjadi diluar ekspetasinya. Bukannya kekacauan besar ia malah melihat Haruto yang duduk dipojokan kelas beserta Junkyu yang sibuk bersama laptop miliknya.

Amnesia. Itulah yang Asahi pikirkan. Rupanya ia sudah melupakan satu fakta kalau ia baru saja melihat Doyong serta Jihoon pergi ke arah rooftop mungkin. Jika dua orang itu pergi otomatis dikelas hanya tersisa Haruto serta Junkyu yang mungkin aja pergi karna sekarang waktu istirahat berlangsung.

Asahi menghela nafas kesal. Dia melirik Haruto sesaat kemudian ke Junkyu sebelum akhirnya memilih tuk kembali ke ruang seni. Sempat terlintas dibenaknya untuk menegur Haruto tapi semua ia urungkan.

Lukisan itu jauh lebih penting ketimbang berdebat dengan Haruto.

Asahi membalikkan badannya mencoba cuek. Tapi langkahnya terhenti kala Haruto menanyainya.

••My Treasure•• √Where stories live. Discover now