Epilog

27 3 0
                                    

"Jeara?" tegur Venus saat melihat Jeara berjalan merunduk dengan mengenakan kacamata hitam. Gayanya tidak seperti Jeara yang biasanya.

Mendengar suara Venus, Jeara langsung bersikap dengan seperti biasanya ia berjalan. Ia menoleh pada Venus yang lagi berjalan sendirian di koridor. Tumben, tidak biasanya ia sendirian tanpa dua cowok eksotis itu.

"Hai, Ven!" sapa Jeara dengan tersenyum saat Venus sudah berjalan beriringan di sampingnya.

Bukannya menyahut seperti mengobrol biasanya, Venus justru berhenti tepat di depan Jeara. Ia menghalangi jalan Jeara.

"Lah? Kenapa?" tanya Jeara bingung.

"Harusnya aku yang tanya. Kamu kenapa pakai kacamata hitam pergi ke sekolah? Nggak kayak kamu biasanya tahu nggak." kata Venus dengan menyipitkan matanya.

"Aku nggak apa-apa, kok. Yuk, ah, jalan lagi." kata Jeara namun baru saja kakinya melangkah tiba-tiba Raka dan Yusuf pun ikutan manggil dengan berkomentar dari arah belakang.

"Jeara? Ini Jeara kan? Kok, pakai kacamata hitam segala?" kata Yusuf.

"Jeara! Aku tadi jemput kamu lho di rumah kata ayah kamu udah berangkat duluan." tegur Suga dari arah lapangan sambil berlari-lari kecil. Saat sudah dekat, Suga pun memicingkan matanya lantaran melihat sesuatu yang bertengger di hidung mancung Jeara.

Tak ingin terlalu mendramakan keadaan, Venus dengan mudahnya menarik kacamata itu hingga terpampanglah mata panda yang sembab dengan bengkaknya. Membuat Venus yang melihat lebih dulu jadi meringis seketika.

"Kamu habis diapain, Je?" tanya Yusuf.

"Habis dipukulin sama siapa? Bilang sama kami siapa orang yang sudah berani rundung kamu?" kata Raka menimpali.

"Nih." Venus meletakan kembali kacamatanya.

Sebelum menjawab, Jeara mengembuskan napasnya sambil sesaat melirik pada Suga. Sedetik kemudian Suga baru teringat dengan apa yang baru saja Jeara alami semalam.

Kemudian mengalirlah cerita dimana Jeara bertemu dengan ibunya tadi malam. Jeara sempat berkali-kali mengusap pelan tangan Suga dan Venus yang mengepal setiap kali mendengar bagaimana ibunya menghina ayahnya.

Jeara sebenarnya juga sakit hati saat tahu ibunya masih belum berubah atau berhenti untuk menghina ayahnya. Tapi sebisa mungkin ia abaikan rasa sakit itu dengan memilih untuk tidak pernah menemui ibunya lagi. Entah sampai kapan. Yang jelas, ia kini selalu merasa sakit setiap kali teringat perkataan Janara.

Meski begitu, Jeara tetap kuat menahan dalam diamnya.

"Tak apa-apa, Jeara. Ada aku di sini." kata Suga dengan tersenyum tulus seraya memeluknya sampai membuat Venus, Raka, dan Yusuf yang melihatnya seketika tercengang.

Its OK to Not be Okay [Completed]Where stories live. Discover now