Love Scenario | 26

40 16 0
                                    

Seorang pemenang yang sebenarnya adalah ketika dia mampu melawan amarahnya dengan kesabaran, dan memaafkan dengan ketulusan.

•••••

Happy reading 💙❤️

Jangan lupa vote 🙆🙆🙆






Setiba di sekolah Keenan memarkirkan Fortuner nya tepat di samping Mercedes-benz milik Aroof yang sudah terparkir. Terlihat pula ada Aroof dan yang lain berdiri di sisi mobil, mungkin mereka sedang menunggu Keenan.

Keenan turun dari kursi pengemudi, disusul Sea yang turun dari kursi penumpang. Mereka berdua keluar dengan menebarkan senyum yang lebar. Membuat siapapun yang melihatnya dibuat keheranan.

"Pagiiiii." Sapa Sea dengan riang—khas Sea setiap pagi.

"Pagi Sea." Aroof

"Pagi Seanna." Aslan

"Pagiii." Baga

"Pagi." Aldebaran

"Pagi pagi pagi." Nevan

"Kok, masih di sini? Nungguin kita, ya?" Sea berjalan mendekat ke arah Aroof, dengan ekspresi wajahnya yang dibuat imut.

Aroof heran dengan sikap Sea yang berubah seperti anak-anak ini, lalu kemudian ia memegang dahinya Sea, "Nggak demam, kok. Lo kenapa jadi aneh gini?"

Sea menepis tangan Aroof pelan, "Apaan sih, Kak. Aku kan nanya, bukan lagi sakit."

"Habis lo apain, Keen?" Baga menatap Keenan.

"Masih pagi. Jangan mulai, ya." Sea mulai waspada dengan kejahilan keenam laki-laki yang masih terlihat keren itu, meski baju seragam sekolah mereka tidak dikeluarkan.

"Ya, udah. Kamu duluan aja." Keenan meminta Sea untuk berjalan ke kelas lebih dulu.

"Kenapa nggak bareng aja?"

"Mau di sini dulu sebentar, nungguin Al godain cewek. Siapa tau kan dia besok udah nggak jomblo lagi."

"Najis banget! Lo kira gue nggak selaku itu, ya?!"

Sea tertawa, dia tahu Keenan hanya bercanda, namun melihat raut wajah Aldebaran tadi membuatnya merasa kasihan dengannya. "Aku duluan kalau gitu." Sea melambai dan mengedipkan sebelah matanya sebelum pergi meninggalkan gerombolan pria tampan itu. "Semangat ya, Al!"

Aldebaran melongo, Sea benar-benar berhasil membuat imun dalam tubuhnya terasa menurun seketika.

"Jangan di dengerin, Al." Aslan mengusap-usap bahu Aldebaran. "Bisa-bisanya Sea ngomongin fakta."

"Sialan! Lo mau bela gue apa gimana, nih?!

"Gue bela lo, kok. Tenang tenang."

Baga, Keenan, Aroof dan Nevan hanya saling tertawa. Menggoda Aldebaran sepagi ini adalah salah satu hal yang paling menyenangkan. Dan mereka suka ketika melihat Aldebaran sewot seperti itu.

•••

Saat istirahat, kedua kelompok itu bertemu di persimpangan koridor jurusan mereka masing-masing. Lalu berjalan bersama menuju kantin—seperti biasa.

Semua mata tertuju pada kedua belas remaja populer itu. Bagaimana bisa seluruh mata selalu terpana melihat mereka berjalan bersama seperti itu, padahal kegiatan itu selalu terlihat setiap hari. Aura mereka benar-benar tidak bisa diragukan.

Sesampainya di kantin mereka langsung bergegas melakukan tugasnya masing-masing,

"Kayak biasa, kan?" tanya Aldebaran pada teman-temannya. Nasib baik Aldebaran sudah tidak merajuk lagi.

Love Scenario [END]Where stories live. Discover now