Love Scenario | 48

40 13 0
                                    


Agar aku bisa berpura bahagia, aku mencoba untuk tidak pedulikan mu. Ah aku gagal. Getar di dadaku masih karena mu.

•••••

Happy reading 💙❤️

Jangan lupa vote 🙆🙆🙆








Pagi ini sesuai rencananya, Kian akan mengurus semua hal yang berkaitan dengan kepindahan Sea. Mengingat waktunya berangkat menuju Singapore hanya tersisa satu minggu lagi. Dan, untuk sekolah baru Sea di sana sedang diurus oleh teman kantor Kian yang sudah lebih dulu tiba di sana.

"Bang, ingat ya. Jangan bikin ribut di sekolah nanti, buat setenang mungkin. Aku nggak mau banyak yang tau kalau aku mau pindah." Sea memasukkan botol air minum kedalam ranselnya.

"Iya iya. Udah berapa kali kamu ngomong itu?" Kian memainkan jarinya, seolah sedang menghitung sesuatu.

"Abang tuh sering lupa, aku tau itu."

"Kali ini nggak akan."

"Janji ya? Ya udah, aku berangkat duluan. Nanti kalau udah di sekolah, telepon aja. Oke?" Kemudian ia mencium pipi Kian.

Dalam perjalanan ke sekolah, perasaan Sea masih belum baik, banyak hal yang ia pikirkan saat ini, banyak hal yang ingin ia katakan, dan banyak hal yang ingin ia lakukan. Tapi ia sendiri pun kebingungan, harus dimulai dari mana?

Kalimat apa yang akan dipilih untuk menjelaskan tentang kepindahannya nanti? Sebisa mungkin ucapannya nanti tidak akan membuat kelima temannya merasa sedih.

Namun, Sea berencana hanya akan mengatakan kepada para sahabatnya saja. Karena ia pikir, jika memberitahukan pada teman lelakinya otomatis Keenan akan mengetahuinya juga, dan itu adalah hal yang paling dihindari oleh Sea. Ia ingin menghilang saja rasanya, tidak ingin ada kalimat perpisahan, takut perasaannya menjadi bimbang hanya karena melihat wajah itu.

Nasib baik saat sampai di sekolah, Keenan tidak ditemuinya. Minimal keyakinannya masih kuat untuk pindah. Belum ada alasan yang membuatnya berubah pikiran.

Sea berjalan menuju kelas dengan pandangannya yang memendar ke segala arah, berpikir untuk menyimpan semua memori tentang sekolahnya ini. Yang sebentar lagi akan dia tinggalkan—sekolah beserta isinya.

Hampir dua tahun mengenyam pendidikan di sekolah ini, tentu ada banyak sekali kenangan yang ia miliki. Setiap bangunan sekolah punya ceritanya sendiri. Setiap orang memiliki kesannya masing-masing. Sedih? Tentu, siapa yang tidak sedih meninggalkan sesuatu yang memiliki banyak kenangan bagi dirinya. Apalagi, waktunya lebih banyak dihabiskan di sekolah ini daripada di rumahnya sendiri.

"Sea?" Galen memanggilnya, dengan sedikit berlari mendekat ke arahnya.

"Galen?" Sea berhenti dan berbalik ke belakang, ke arah suara yang memanggilnya. Lalu ... tersenyum.

Dan ... tunggu? Ada apa dengan wajah Galen? Ada segaris luka berada di hidungnya, lebamnya sudah mulai hilang, tapi masih jelas terlihat bahwa luka pada wajahnya itu hasil dari perkelahian.

"Ini kenapa?" Sea menunjuk luka di hidung Galen.

Galen terkejut, ia lupa bahwa masih ada sisa luka yang belum sepenuhnya menghilang di hidungnya, Galen ingat Keenan memukulinya seperti orang gila waktu itu, ia tidak membalas sama sekali, dan berakhir hampir seluruh wajahnya terluka parah, ada darah keluar di mana-mana, lebam yang membuatnya sulit makan beberapa hari, dan itu juga yang menjadi alasannya tidak datang di hari pemakaman orang tua Sea.

Love Scenario [END]Where stories live. Discover now