Love Scenario | 31

40 14 0
                                    

Suatu hari kamu akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa kamu terlalu khawatir tentang hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.

•••••

Happy reading 💙❤️

Jangan lupa vote 🙆🙆🙆






Hari sudah pagi, Aroof dan Keenan masih terjaga. Mereka tentu tidak bisa tidur dengan situasi yang seperti ini walaupun sebenarnya rasa kantuk itu ada.

Sea mengerang saat mencoba membuka matanya. Tubuhnya berkeringat, kepalanya sakit, perutnya terasa sangat mual.

Keenan menatap Sea dari tadi dengan kedua tangan yang melipat di dada, tatapan itu sangat tajam, emosinya yang mulai mereda kini kembali berapi-api. Ekspresi kekecewaan itu terukir jelas di wajahnya. "Udah bangun?" Keenan bersuara untuk menyadarkan Sea akan keberadaannya.

"Keenan?" Sea menjawab dengan berusaha menunjukkan senyum tersungging di bibirnya.

"Puas sekarang? Hm?" ucapan itu bagi Sea seperti petir yang menyambar di hari yang cerah. Suaranya tidak meninggi namun ada nada marah di sana, membuat Sea mulai ketakutan. "Puas udah bikin aku khawatir semalaman ini? Iya?"

Aroof dan Aer yang menyadari perubahan nada suara dari Keenan memutuskan untuk meninggalkan kedua temannya itu di sana.

"Keen, gue sama Aer keluar duluan. Kalian ngomong aja di sini, selesain masalah kalian. Kita tunggu di gazebo depan." ucap Aroof sambil berlalu keluar dari ruangan itu.

Keenan hanya mengangguk seraya memandang Aroof dan Aer yang berjalan keluar, kemudian tatapannya kini beralih kembali kepada Sea. Tatapan yang masih terlihat marah itu.

Semakin melihat wajah Sea, semakin besar pula kemarahan sekaligus rasa bersalah ada pada dirinya, akhirnya Keenan memilih untuk duduk membelakangi Sea.

"Keen?" Panggil Sea lembut.

Keenan bergeming, tubuhnya masih setia membelakangi Sea.

"Keenan."

Mata Keenan terpejam mendengar namanya disebut Sea, napasnya dihembuskannya secara kasar.

"Keen, jawab aku." Sea seperti memohon pada Keenan.

"Iya." jawabnya singkat.

"Kamu marah??"

"Menurut kamu aku nggak akan marah lihat kelakuan kamu malam tadi?" Keenan menjawab tanpa memandang Sea.

"Keenan, aku minta maaf. Aku ngga ta—" ucapan Sea terpotong.

"Seaaa!!!!!" Keenan membentak Sea. Membuat Sea terkejut dan menangis seketika. "Ini jadinya kalau kamu nggak mau dengerin aku!! Apa susahnya sih kamu nurut aja waktu itu. Kamu itu keras kepala!! Kamu selalu merasa kamu itu bisa jaga diri, tapi apa buktinya?! Hah??!! Kamu mabuk saat aku nggak ada di sana?!"

Keenan mengeluarkan emosinya dalam satu tarikan napas, kini posisi duduknya sudah berubah menghadap Sea. Keenan melihat jelas Sea menangis terisak di hadapannya. Membuat hati Keenan terasa perih melihatnya.

"Keen, aku nggak tau. Kalau aku tau, aku nggak bakalan mau minum itu."

"Bagus Sea, alasan aja terus!" Keenan mengangguk-angguk pelan seperti sedang memarahi anak kecil.

"Itu bukan alasan." ucap Sea seraya menghapus air mata di pipinya dengan tangannya.

"Kenapa sih kamu itu selalu nggak mau nurut?"

Sea hanya bisa menangis sekarang, tidak ada kata-kata yang mampu diucapkannya lagi. Sea tahu kesalahannya sangat fatal. Wajar jika Keenan menjadi semarah ini padanya.

"Ini kesempatan terakhir yang aku kasih sama kamu."

Sea menatap Keenan dengan masih menangis.

"Kalau kamu masih nggak mau dengerin aku, masih keras kepala, masih mau lakuin hal semau kamu, aku nggak akan segan buat pergi dari kamu, Sea." Sea melihat ada nada serius di sana.

"Keenan, please." Sea menutup wajah dengan kedua tangannya, karena tangisannya bertambah keras.

Mata Keenan berkaca-kaca melihat Sea yang seperti itu. Dia sendiri pun tidak percaya dengan ucapannya yang jahat itu.

Keenan mendekat ke arah Sea dan menariknya ke dalam pelukannya, di peluknya erat tubuh rapuh itu. Mata Keenan terlihat kemerahan, "Tapi aku nggak akan pernah biarin itu semua terjadi." Bisik Keenan lembut.

Sea yang mendengar itu langsung menjauhkan tangan dari wajahnya, dan menatap Keenan lekat tepat di matanya.

Sea balas memeluk Keenan, "Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Itu kebodohan aku, maafin aku." Dengan suara yang bergetar.

Keenan mengusap lembut kepala Sea seolah mengiyakan, "Kamu harus janji kalau itu semua nggak akan terulang lagi, jangan bikin aku khawatir lagi."

"Aku janji!" jawab Sea yakin.

Keenan dan Sea saling berpelukan dan terisak bersama. Mengeluarkan rasa sakit yang sudah ditahan keduanya. Dari kejadian malam itu mereka jadi tahu seberapa pentingnya keberadaan mereka satu sama lain.

Tangisan itu membuktikan bahwa keduanya sama-sama tidak ingin tersakiti dan menyakiti. Mereka berdua ingin saling menjaga.

"Maaf aku tadi bentak kamu. Aku nggak suka dibikin khawatir, apalagi sama kamu." ucap Keenan di sela isakannya.

Sea mengangguk pelan.

Posesif bukanlah hal yang buruk bagi Keenan. Jika diartikan dari sisi yang positif tentu semua orang akan memahami itu.

Keenan posesif karena dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Sea. Mungkin posesif adalah salah satu bukti bahwa Keenan sangat menyayangi perempuan itu.

Dan Sea, kini mulai menerima dan menurut dengan apapun yang dikatakan Keenan. Sea sadar bahwa dia belum mampu menjaga dirinya sendiri tanpa bantuan Keenan.

Sea yang selalu penasaran dengan hal apapun akan tertolong dengan Keenan yang tidak suka mencoba hal-hal baru yang tidak jelas manfaatnya.

Sejak saat itu, mereka berdua menjadi saling mengerti satu sama lain. Lebih peduli dari biasanya. Dan menambah lagi rasa telah bersemi itu.

•••••

Love Scenario [END]Where stories live. Discover now